Home BERITAKABAR KAMPUSBilik Kampus Masuknya Budaya Pop ke Ranah Politik

Masuknya Budaya Pop ke Ranah Politik

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Published on April 18, 2019

Lpmarena.com- Bedah buku Politik Sirkulasi Budaya Pop: Media baru, Penelitian Agama, dan Pergeseran Otoritas diadakan oleh ISAIs (Institute of Southeas Asian Islam) Senin (15/04), membahas  budaya populer yang saat ini banyak memasuki kontestasi politik tanah air.

Seperti halnya dalam peristiwa pemilihan gubernur Jawa Timur beberapa waktu lalu. Bagaimana Gus Ipul  sebagai salah satu calonnya menggunakan artis untuk ikon kampanye.

“Via Vallen dan Nella Karisma memiliki potensi untuk menggaet pemilih milenial,” jelas Abdul Faiz Aziz selaku pembedah buku di gedung rektorat lama lantai tiga UIN Sunan Kalijaga.

Namun dalam kenyataannya Gus Ipul kalah dalam kontestasi Pemilukada tersebut. “Memang benar Khofifah sebagai pesaing Gus Ipul kalah dalam penggunaan budaya populer namun tataran akar rumput militansi ibu-ibu Muslimat NU dapat memenangkan beliau,” tandasnya.

Buku hasil karya Wahyudi Akmaliah ini juga membahas munculnya Capres fiktif Nurhadi-Aldo. Fenomena kemunculannya di media sosial Instagram merupakan bentuk dari kejenuhan publik terhadap kondisi perpolitikan Indonesia saat ini. Akun Instagram Nurhadi-Aldo mengkritik elit politik dengan analisis berbau Marxisme dan Sosialisme kritik. Berbagai wacana yang memihak rakyat kecil dikampanyekan. Tak jarang penyampaiannya dengan nada jenaka yang berbau sexysme.

Keberadaan media baru dan mudahnya arus informasi menyebabkan hal tersebut terjadi. Panggung terbuka bagi siapapun yang ingin membuat sesuatu. Seperti halnya fenomena hijrah yang digerakkan oleh seorang ustadz online. Dengan modal tim kreatif dan framing yang bagus, saat ini bisa mempengaruhi masyarakat banyak.

“Kematian para pakar telah melanda kaum akademisi,” ungkap Wahyudi.

Hilangnya peran akademisi mengisi wacana di masyarakat mengakibatkan segmen kosong yang ditinggalkan akademisi diisi oleh orang yang tidak memiliki kejelasan latar belakang pendidikan. Sehingga masyarakat bepotensi mengonsumsi pengetahuan hoax. Oleh karena itu akademisi perlu masuk ke ruang publik agar hasil pemikiran seriusnya dapat diterima masyarakat.

Abdul Faiz Aziz mengatakan bahwa buku ini merupakan contoh karya tulis yang bagus. Karya Wahyudi Akmaliyah ini memiliki basis data yang mudah didapat dan analisis mendalam karena beberapa isu berasal dari media sosial.

“Buku ini bagus untuk kalian yang sedang fokus dalam kajian cultural studies, keagamaan, dan budaya populer,” ucap Dosen Fakultas Ushuludin ini (15/04).

Reporter: Rizal M Nisfi

Redaktur: Fikriyatul Islami M