Home EDITORIAL Kami Melakukan Kesalahan dan Kami Minta Maaf

Kami Melakukan Kesalahan dan Kami Minta Maaf

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Kami Melakukan Kesalahan dan Kami Minta Maaf

Kami memohon maaf karena telah melakukan kesalahan dalam ilustrasi yang kami unggah di akun Instagram @lpmarena. Permintaan maaf ini ditujukan kepada Sulistyaningsih, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, meskipun dalam ilustrasi tersebut kami tidak menyebutkan nama personal secara eksplisit

Pada Senin (19/8), Kami mengunggah ilustrasi yang merujuk tangkapan layar grup WhatsApp panitia Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) yang terdiri dari dosen dan mahasiswa. Tangkapan layar grup PBAK itu kami terima tiga hari sebelumnya, Jumat (16/08). Isinya memuat percakapan antara dosen dan mahasiswa mengenai rencana kreasi panitia PBAK tahun 2019 yang berbuntut pada opini tentang Uang Kuliah Tunggal (UKT).

Percakapan kedua belah pihak kami ilustrasikan dengan nama disamarkan: Ibuk Do(S)en dan Mass-nyaaa. Percakapannya sebagai berikut:

Ibuk Do(S)en: “Mhs kok banyak bacot”

Ibuk Do(S)en: “Harusnya mahasiswa sdh tidak ribut soal UKT, karena ketika diterima di UIN sdh subsidi oleh negara. Yg namanya kuliah ki..yo Jerbasuki mowo bea. (Nggak ada yang gratis). Harusnya bersyukur sdh bisa diterima di UIN. #just my 1% opinion”

Mass—nyaaa: “Njih bu, orang miskin memang dilarang kuliah”.

Beberapa saat setelah ilustrasi diunggah, kami mendapatkan informasi dari Oki Asranja, ketua panitia PBAK dari mahasiswa, bahwa perkataan “Mhs kok banyak bacot” tidaklah benar. Ia lantas memberikan tangkapan layar yang sebenarnya.

Isi tangkapan layar yang dikirimkan Asranja ke ARENA hanya memuat pesan “Harusnya mahasiswa sdh tidak ribut soal UKT, karena ketika diterima di UIN sdh subsidi oleh negara. Yg namanya kuliah ki..yo Jerbasuki mowo bea. (Nggak ada yang gratis). Harusnya bersyukur sdh bisa diterima di UIN. #just my 1% opinion”, dan tanpa “Mhs kok banyak bacot”

Atas kesalahan di atas, kami menarik ilustrasi tersebut dan meminta maaf kepada pembaca karena telah mengunggah konten yang tidak terverifikasi. Lantas kami mengunggahnya kembali dengan menghilangkan pesan, “Mhs kok banyak bacot”.

Kami mengunggah ilustrasi tersebut dengan tujuan menggambarkan perbedaan pandangan mahasiswa dan dosen perihal komersialisasi pendidikan yang menjelma dalam bentuk UKT. Upaya memotret relasi mahasiswa dan dosen. Tidak sama sekali bermaksud mendiskreditkan satu pihak.

Namun, unggahan tersebut menuai protes dari Sulistyaningsih. Subjek yang kami tulis sebagai Ibuk  Do(S)en dianggap ditujukan padanya. Kami dipanggil dan diminta membuat surat pernyataan maaf dengan tanda tangan di atas materai 6000. Surat ditujukan kepada Sulistiyaningsih sebagai pihak yang merasa dirugikan atas unggahan tersebut.

Sebenarnya, kami telah menyediakan Hak Jawab kepada semua pihak yang merasa dirugikan dengan unggahan kami, termasuk kepada Sulistiyaningsih. Harapannya, melalui Hak Jawab itu pihak terkait bisa menjelaskan secara terang bagian per bagian atau secara keseluruhan yang merugikan. Akan tetapi, Sulistyaningsih tidak memenuhi Hak Jawab tersebut dan kami diminta untuk meminta maaf.

Selanjutnya, di bawah kami lampirkan surat pernyataan maaf.

Benar kami melakukan kesalahan: telah menambahkan penggalan pesan WhatsApp “Mhs kok banyak bacot” yang tidak terverifikasi kebenaranya. Meski bagian lain dalam muatan ilustrasi tersebut telah terverifikasi keasliannya.

Sekali lagi, kami meminta maaf kepada semua pihak yang merasa dirugikan, juga kepada para pembaca sekalian. Kesalahan ini menjadi pembelajaran kami untuk tetap disiplin verifikasi.

Penulis: Redaksi

Editor: Redaksi