Kekasihku Cinderella
Kekasihku adalah cinderella,
Ia punya sepatu kaca yang kilaunya mampu membuat ia lupa.
Ia menjadi cinderella semenjak diundang hadir di pesta dansa, dalam istana kerajaan pangeran hamlet.
Semenjak kencan pertamanya dengan pangeran hamlet.
Kekasihku tidur di kasur kekasihnya, menonton film Fifty Shades of Grey di dalam kesadisan imajinasinya.
Dia ingin aku menikahinya,
supaya ia bisa hidup bersama dengan suaminya,
Sambil menikmati fantasi menjadi Anna Karenina.
Menjadi tua dan kuat seperti Nyai Ontosoroh dan Dasimah,
Mati pukul Tigapagi denganku, mayatku membacakan doa-doa untuk
pengampunan dirinya, atau menyanyikan lantunan lagu folk indie kolaborasi milik
si Danilla Riyadi, keranda itu jelas tak ada yg mendorongnya.
Agar ia tidak gelisah,
Ketika ditanya malaikat penjaga ruang angkasa ;
Sebab melihat bayanganku tak ada di dalam cermin kedalamannya yang mengkilat,
.
.
Peradaban Yang Melupa
Bagaimana bisa seorang saya membenci bayang-bayangnya yang menjadi aku
Bagaimana bisa ada sebuah bayangan aku, dengan matahari yang tertutup mendungnya awan
Dan hujan datang bersamaan dengan perang melawan ingatan
Semua yang mengandung unsur ingatan akan segera dijemput oleh kematian
Dan diatas ribuan bangkai ingatan
kita mulai membangun kembali kebudayaan dan peradaban baru
di bawah langit tanpa matahari kesadaran
Kita mulai membangun kebudayaan dan peradaban baru yang “Melupakan.”
.
.
Sajak Gelisah
Setibanya waktu maghrib
aku berlari mengejar sunyi yang memantul-memantul di atas kepala para penduduk desa menuju ke kota
bunyinya seperti suara kalian berdua: kala bercinta di atas ambin di dalam rumah bambu beratap rumbiak dengan sedikit ganguan cericit tikus
Kukejar hingga ke tengah pasar malam di pinggiran pantai
Lalu hilang ditengah-tengah pasar
Masuk ke dalam puluhan mulut pedagang kaki lima,
Yang menjajakan cinta
Pada setiap orang.
Mengobral janji dan harapan
Sepanjang jalanan pasar
Kucari-cari sunyiku yang mungkin keluar dari mulut mereka
Kurekam segala bunyi yang keluar dari mulut mereka : bunyi nafas, keluhan-keluhan, dan kutukan-kutukan,
Aku amati lebih dalam lagi
Agar aku segera temukan ungkapan-ungkapan yang paling gelap dari mulut mereka
Mulai kugambar diatas kertas
Dan menjadi sajakku yang gelisah
.
*Farid Merah anggota Teater Eska
Sumber gambar: https://www.imagekind.com/Hamlet-Shakespeare-Lawrence-Olivier-Modern-Art_art?IMID=3bab6041-c50f-4106-9d5d-b8c7532287aa