Komite UGM menggelar nonton bareng (nobar) film dokumenter Mosi Tidak Percaya Part 1 dan Mosi Tidak Percaya Part 2 di Kopi Lembah UGM, Jumat (18/10). Penayangan film ini sekaligus menjadi bagian dari rangkaian acara konsolidasi mingguan Gejayan Memanggil Komite UGM .
Film dokumenter “Mosi Tidak Percaya Part 1” merekam beberapa momen demonstrasi aliansi mahasiswa dan masyarakat sipil pada 24 September di Jakarta. Film ini juga menyertakan tujuh tuntutan pada aksi tersebut, yaitu:
- Menolak 8 RUU dan sahkan 1 RUU
- Batalkan pimpinan KPK
- Tolak TNI-Polri duduki jabatan sipil
- Hentikan militerisme di Papua dan bebaskan tahanan politik segera
- Hentikan kriminalisasi aktivis
- Hentikan pembakaran hutan, pidanakan korporasi pembakaran hutan serta cabut izinnya
- Tuntaskan kasus pelanggaran HAM, adili penjahat HAM, pulihkan hak-hak korban
Berbeda dengan bagian pertamayang hanya mengangkat aksi di Jakarta, Mosi Tidak Percaya Part 2 mengangkat demonstrasi para mahasiswa, pelajar, dan rakyat di berbagai daerah, seperti Kendari, Makassar, Surabaya, Solo, Semarang, Lampung, Yogyakarta, Jakarta, dll.
Film ini juga menyertakan pernyataan Polri bahwa tidak ada korban jiwa dalam aksi tersebut. Padahal hingga saat ini ada 5 korban jiwa yang tercatat: Bagus Putra Mahendra (15), Maulana Suryadi (23), Immawan Randy (21), Yusuf Kardawi (19), dan Akbar Alamsyah (19).
Menurut salah satu komite UGM, Nailendra (bukan nama sebenarnya), penayangan film ini bermaksud untuk menunjukkan masifnya aksi dari tanggal 23 sampai 30 September yang dilakukan oleh aliansi mahasiswa, pelajar dan masyarakat sipil.
Ia juga berharap aksi-aksi selanjutnya tetap dilakukan secara masif meski pemerintah merepresi gerakan rakyat.
“Harapan saya yang paling darurat untuk pemerintah adalah hentikan segala macam bentuk represifitas terhadap gerakan rakyat dan usut tuntas kasus penembakan dalam aksi secara transparan” tutur Nailendra
Bahayu, mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM, juga mengapresiasi penayangan film Mosi Tidak Percaya dalam rangkaian acara konsolidasi aksi
“Film ini lebih membuat saya tahu tentang kejadian di seluruh daerah melalui visual, karena kalau melalui media video lebih mudah memahami masalah yang ada di negeri ini” ujar Bahayu.
Reporter : Aulia Iqlima V (Magang)
Redaktur: Sidra