Home BERITA Membaca karya Biennale: Kata untuk Perempuan

Membaca karya Biennale: Kata untuk Perempuan

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Merepresentasikan definisi perempuan melalui karya seni dan pengunjung pameran sebagai partisipan dalam pembuatannya.

Lpmarena.com – Kata untuk Perempuan” merupakan salah satu proyek pameran yang digelar Biennale Jogja XV di Jogja National Museum (JNM). Proyek ini melibatkan salah satu seniman perempuan Indonesia, yaitu Ika Vantiani, yang mengangkat isu feminis.

Saat tur feminis, Jumat (22/11), Alia Swastika, Direktur Yayasan Biennale Yogyakarta, menjelaskan, ide awal “Kata untuk Perempuan” ini tercetus tiga tahun yang lalu, saat Ika menelusuri Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Ia kemudian mencari kata formal dalam KBBI yang digunakan untuk mendeskripsikan kata perempuan.

Kemudian kata-kata yang muncul adalah kata-kata yang seksis atau tidak memberikan konteks pemberdayaan, “Jadi, seolah-olah (perempuan) selalu pasif,” ucap Alia.

Ia menambahkan, kata “perempuan” apabila dipisah-pisah bisa menjadi “per-empu-an”, yang memiliki kata dasar “empu”. Di mana kata “empu” menunjukkan kapabilitas kaum hawa memiliki kemampuan dan keterampilan untuk melakukan sesuatu.

Loka karya yang dikumpulkan Ika selama tiga tahun kemudian ditempel memenuhi tembok. Ada beberapa kata yang mendefinisikan perempuan yang menjadi perbincangan seperti kata “pelacur”, “kelamin”, dan “centil”.

Alia menuturkan, kata-kata centil sering dikonotasikan dengan hal-hal negatif. Padahal, jika dimaknai sendiri oleh perempuan, centil merupakan bagian dari identitas feminitas. “Seperti pengertian, bahwa kita menghargai tubuh kita sendiri, itu kenapa kita berdandan, menggunakan kosmetik,” Alia menambahkan.

Ia juga menyayangkan, karena KBBI dibuat oleh laki-laki, pemaknaan dalam suatu kata yang mengarah kepada perempuan pun hanya dimaknai berdasarkan apa yang sudah terberi dalam masyarakat. Sementara ketika kata yang merujuk kepada perempuan kemudian dimaknai sendiri oleh perempuan, pastinya ada pembelaan terhadap indentitas perempuan.

Reporter: Asy-Syifa Salsabila (Magang)

Redaktur: Zaim Yunus

Gambar: biennalejogja.org