Oleh Muhammad Nabil*
Telah dimulai perjalanan tak kenal batas
Perkawinan dunia nyata dan khayalan
Melahirkan nafsu dan keinginan
Berkembang dan mengembara dengan rakus
Penggiringan menelusuri arus-arus gairah
Menghanyut menemukan batu-batu mulia penuh keindahan
Merampas satu persatu darinya
Tanpa peduli cipta ruang kenikmatan
Kita merampas keindahan
Merobek jiwa para pencari
Atas sebuah keinginan
Dengan lantai kekuasaan
Telah hancur jiwa yang dicipta atas pencapaian
Telah terbuka pintu kekecewaan atas agungnya khayalan
Telah mati hati-hati yang jernih
Sebab nafsu telah angkuh dan jiwa telah mati
Dunia sangat buas dalam penyajiannya
Keberingasan-keberingasan yang lapar
Mengejar, memangsa dan berkuasa
Semua penuh kesesakan
Tepukan gemuruh pencapaian dikumandangan
Menunggang-langgangkan
Mencabik-cabik
Melahap rakus kekuasaan
Di sudut-sudut hanya terlihat lemah
Menumpukkan diri pada kaki-kaki
Menyerahkan tubuh dan pemuas nafsu
Pada para pemegang dunia yang lapar
Tak perlu pengakuan atas pencapaian
Zaman takkan pernah selesai atas perdebatan.
Tak perlu memamerkan kekuatan
Jika menginjak yang lemah menjadi berharga
Kebuasan nafsu telah merasuki jiwa
Terbawa pada nalar dusta
omong kosong telah menjadi raja
Memimpin kehancuran dan menertawakan
Kita adalah kebodohan yang nyata
Membunuh kedermawanan dengan angkuh
Menghujani pedang-pedang penuh kegusaran
Membakar gumpalan harapan
Tipu daya pencapaian menjadi potret perbudakan
Berperan licik dalam benteng pertahanan yang gelap
Sedangkan rudal telah diluncurkan tertuju pada jiwa
Dengan cepat meluluhlantakkan dinding-dinding kesucian
Telah hangus terbakar teks-teks pencipta
Kayu-kayu kehidupan telah rapuh
Abu berterbangan kembali pada kesucian
Sementara lantai jiwa telah pekat menghitam penuh kesuraman
Hidup memaksa diri masuk ke dalam pengembalaan
Mengelilingi lika-liku cipta atas rasa
Memperoleh pengaruh dari keinginan
Menggagas ruang pencapaian
Kesadaran telah dibutuhkan
Atas keuntungan dan kehilangan,
Atas kegagalan dan keberhasilan
Kita adalah proses kembali bukan meraih
Tak ada penemuan di dalam jiwa
Jika meraih hanya mengutamakan keberhasilan,
Jika penemuan memaksa jiwa untuk puas
telah tercipta jiwa-jiwa yang rugi
Kita bisa berpergian,
Tapi “kembali” Telah menjadi kata mati
Yang ditusuk pisau kepuasan.
*Muhammad Nabi, mahasiswa Fakultas Dakwah. Saat ini, ia masih bergumul dengan aktivitas di dunia teater.
Sumber ilustrasi: st2.depositphotos.com