Di Kerumunan
Saat ini diantara sela-sela ketiak dan bau arak mulut sopir truk, kuli panggul,
Tukang bangunan, juga buruh pelabuhan,
Diantara bait-bait kepahitan dan penderitaan yang dijadikan arak-akan
Oleh politisi, televisi, media masa, dan pemerintah,
Diantara kerumunan penat yang sedang joget
Kala dangdutan
Puisiku lahir dari berbagai macam kesumpekan hati
dan api yang disulut dari dalam dada waktu
yang masih belia
Yang mencari sesuatu
Mengisi ruang, sisi kosong, yang pernah ada
Tapi telah hilang,
Semacam semangkuk sup ibu
yang sudah mulai pikun,
Semacam bagaimana cara menyapa teman,
Bagaimana cara menyalakan lilin
Cara menutup mata
Tidur
Bermimpi
mengingat
mengusap isi dada
mencium keningmu
Dan bertuhan dengan baik
Memakan bubur di teras rumah,
Menyapu gelisah yang barjatuhan dari dalam kepalaku
Sunat
Bulan depan adikku sunat,
Bulan ini gajiku disunat,
Bulan depan adikku sunat,
Bulan ini gajiku disunat,
Bulan depan adikku sunat,
Bulan ini gajiku disunat,
Bulan depan adikku sunat,
Bulan ini gajiku disunat,
Bulan depan adikku sunat,
Bulan ini gajiku disunat.
Pertanyaan – pertanyaan
Kapan lulus?
Kapan wisuda?
Kapan dewasa?
Kapan tidak jadi beban?
Kapan terakhir sholat?
Kapan tobat?
Kapan bayar hutang?
Kapan mapan ?
Kapan mau berubah?
Kapan tidak menyusahkan?
Kapan membahagiakan?
Punya rencana apa?
Kapan menikah ?
Punya anak berapa?
Kapan mati ?
Kapan?
“Anjing”
Gambar: Tanya Martin
Farid Merah lahir di Surabaya dengan sungsang dari rahim ibunya, seorang buruh warung kopi bodoh, yang bergerilya di kampus UIN sunan Kalijaga, sambil bermain peran di komunitas seni teater; teater Eska. Buku pertamanya berjudul Imajinasi Jelata terbit Juli 2020.