Lpmarena.com– Konflik agraria masih menjadi isu yang dianaktirikan oleh media. Khususnya media arus utama. Hal ini berkaitan erat dengan kedekatan para pemilik media, pemilik modal dan pemeritah.
“Media ketika berbicara tentang agraria, banyak yang berbicara tentang pengusaha, bukan orang lemah yang bersangkutan,” ungkap Sapariah Saturi Harsono dalam sebuah diskusi daring yang diadakan Lembaga Pers Mahasiswa Aspirasi, Sabtu (31/10).
Editor situs berita lingkungan hidup Mongabay tersebut mengungkapkan bahwa media harus berpihak pada kaum marjinal yang tidak mendapat keadilan dari pemerintah.
Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mencatat bahwa 659 konflik agraria terjadi sepanjang 2017, dengan luasan 520.491,87 hektar tersebar di berbagai sektor. Dalam catatan akhir tahun 2019, jumlah korban dan wilayah terdampak meluas. Tercatat dalam kurun waktu empat tahun sejak tahun 2015, ada 55 korban tewas, 75 tertembak, 757 orang dianiaya dan 1.298 orang dikriminalisasi karena mempertahankan hak atas tanahnya.
Relasi pemilik media membatasi pemberitaan konflik agraria yang lebih menonjolkan sisi penguasa ketimbang masyarakat terdampak. Hal itu juga memengaruhi kredibilitas wartawan yang bekerja di media arus utama. Wartwan dibatasi dengan isu pemberitaan yang sesuai keadaan.
“Padahal, seharusnya wartawan tetap berpegang teguh pada elemen-elemen jurnalisme dan melawan ketidakadilan,” ungkap Farid Gaban, mantan redaktur Tempo.
Senada dengan Sapariah, Farid mengungkapkan bahwa ukuran sukses pemberitaan konflik agraria adalah jika bisa mendorong perubahan kebijakan secara substansial, reforma agraria, transparansi kepemilikan lahan, kebijakan pertanian dan perkebunan yang sehat.
“Ukuran sukses pemberitaan, adalah ketika bisa mencapai problem solving journalism, salah satunya yaitu mencapai reforma agraria,” kata Farid.
Sehingga di tengah pemberitaan media arus utama yang menitikberatkan sudut pandang pemilik modal, hadirnya media-media alternatif mampu menyajikan isu agraria dengan sudut pandang lain.
Reporter Atikah Nurul Ummah | Redaktur Dina Tri Wijayanti | Sumber Gambar Unsplash