Home BERITA Dokter Penyembuh Bangsa: Dendam Keluarga dan Kontestasi Politik

Dokter Penyembuh Bangsa: Dendam Keluarga dan Kontestasi Politik

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com- “Aku cuma membalaskan dendamku. Dia tidak menyapaku sebelumnya, ingat itu?” Begitulah salah satu dialog dalam teater Dokter Penyembuh Bangsa yang ditayangkan melalui kanal YouTube Teater Eska, Selasa (01/12).

Lukman Hakim, pemeran Bagio Handsome, menjelaskan pementasan Dokter Penyembuh Bangsa berangkat dari dendam keluarga karena Cahyo yang telah sukses menjadi dokter tidak mau kembali ke tempat asalnya. Bahkan untuk mengunjungi keluarganya saja ia merasa jijik. Kemudian Bagio Handsome sengaja mencalonkan diri menjadi bupati agar Cahyo datang ke desanya dan kemudian menggagalkan recananya.

“Di dalam dunia politik tidak memandang persaudaraan. Semua tokoh mempunyai dendam satu sama lain. Dendam tersebut dijadikan motivasi untuk saling menjatuhkan,” kata Madhur M. Alif, sutradara dalam pementasan tersebut.

Naskah teater Dokter Penyembuh Bangsa diadaptasi dari naskah Dr. Resureccion Will Cure The Nation karya Layeta Bucoy yang diterjemahan Muhammad AB. Berasal dari Filipina, naskah ini pertama kali diperkenalkan pada pembaca Indonesia pada ajang Indonesia Dramatic Reading Festival tahun 2010.

“Kami tertarik mengangkat naskah ini karena konflik yang ada dalamnya sangat mungkin terjadi di Indonesia, mulai dari konflik ekonomi, politik, dan sosial,” ucap Madhur M. Alif, sutradara dalam pementasan teater tersebut.

Meski berasal dari Filipina, Alif mencoba mengadaptasikannya dengan keadaan sosial, ekonomi, dan politik yang ada di pesisir pantai Rembang, Jawa Tengah. Ia mengambil data-data antara tahun 2010-2015 ketika adanya pencalonan bupati serta penolakan reklamasi pantai.

Pementasan Teater Eska tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun ini, Alif lebih berfokus pada penayangan melalui dunia digital. Hal itu disebabkan karena susahnya izin dari rektorat untuk menggelar pementasan secara offline di tengah pandemi.

“Beberapa kawan yang datang langsung hanya sekedar bentuk apresiasi,” ujar Alif.

Lebih lanjut, menurut Alif, sebenarnya naskah teater sudah ditetapkan dan diadaptasi sebelum pandemi. Akan tetapi karena pandemi, penggarapan teater berhenti selama tiga bulan. Pelatihan baru dapat berlanjut setelahnya, berlangsung sekitar satu setengah bulan.

Digiw, mahasiswi UPN Veteran Yogyakarta yang datang saat pementasan, terkejut melihat latarnya yang begitu realis serta detail interiornya sangat diperhatikan.

Menurut Lukman Hakim, Dokter Penyembuh Bangsa hendak menyampaikan pesan agar jangan sampai melupakan asal-usul diri setelah menjadi orang sukses.

Reporter Aulia Iqlima Viutari | Redaktur Nur Hidayah