Home BERITA Mengenang Manusia Puisi: Iman Budhi Santosa dan Karya-Karyanya

Mengenang Manusia Puisi: Iman Budhi Santosa dan Karya-Karyanya

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Setelah wafatnya Iman Budhi Santosa pada 10 Desember lalu, kenalan dan teman karibnya menyertai kepergiannya dengan berbagai kegiatan, dan salah satu diantaranya adalah Webinar. Sebagai penyair, Iman Budhi Santosa (IBS) dikenal lewat puisi dan sajaknya.

“Puisi IBS Itu sederhana, diambil dari sesuatu yang sangat dekat dengannya. Setiap peristiwa bagi IBS adalah puisi dan IBS mumpuni dalam meramu kata-kata agar hidup, yang berasal dari kekuatan perenungannya,” ungkap Hasta Indriyana, salah seorang karib IBS sekaligus pembicara pertama dalam webinar yang bertajuk Iman Budhi Santosa: Teks dan Kajian Sastra, Sabtu (2/01). Kekuatan itulah yang membuat IBS kerap disebut “manusia puisi” dalam webinar.

Salah satu puisinya berjudul Kisah Perburuan Belalang Anak-Anak Kecamatan Panggang. Puisi ini lahir karena IBS melihat orang-orang di Gunung Kidul mengumpulkan belalang dan kemudian dijual di pinggir jalan. Begitu juga puisi yang berjudul Di Depan Jam Mati Jalan Malioboro Pagi Hari. Puisi itu lahir setelah ia menyaksikan sebuah jam mati dan banyak kotoran-kotoran burung gereja. Berbagai kejadian ia refleksikan lantas dijadikan puisi yang sarat makna dan perenungan.

Hasta juga menjelaskan kelebihan dari puisi IBS, ia tidak terkesan memberi khutbah peada pembaca. “Proporsi antara meramu dengan memberikan isi itu tidak terjebak kepada khotbah, bisa ditata sedemikian rupa dengan enak oleh IBS,” jelas Hasta dalam webinar yang diadakan Radio Buku tersebut.

Berbeda dengan Hasta, Hendri CS, pembicara kedua memandang IBS sebagai spritualis jawa. Latief S. Nugraha sebagai pembicara ketiga mengulik berbagai karya yang ditinggalkan IBS yang belum dipublikasikan. Sedangkan Aprinus Salam, Dosen FIB UGM sekaligus pembicara terakhir menutup diskusi dengan sebuah tugas untuk penikmat karya IBS: merenungi berbagai metode dalam karya-karya IBS dan menerapkannya pada karya-karya sastra mutakhir.

Reporter Ahmad Zubaidi (magang) | Redaktur Sidra Muntaha