Home BERITA Peran Perempuan dalam Perdamaian di Lebanon

Peran Perempuan dalam Perdamaian di Lebanon

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Female Peacekeepers (FP), sebagai wadah perempuan TNI yang ditugaskan di Lebanon, mempunyai peran yang signifikan terhadap keberlangsungan perdamaian dunia, khususnya di Lebanon. FP adalah sekumpulan perempuan TNI dalam masing-masing kontingen Indonesia di Lebanon.

“Indonesia sudah sejak lama terlibat secara aktif dalam upaya untuk melaksanakan ketertiban dunia, salah satunya dimanifestasikan dalam bentuk pengiriman pasukan-pasukan penjaga pemelihara perdamaian di berbagai tempat” jelas Duta Besar KBRI Libanon, Hajriyanto Y. Thohari, dalam diskusi daring yang diadakan oleh KBRI Beirut (7/01).

Dalam diskusi bertajuk Female Pecaekeepers: Peran dan Perjuangan Perempuan dalam Menjaga Perdamaian, Staff Officer UNIFIL Tuti Hastuti menjelaskan tentang tugas pokok sebagai FP, yaitu berkaitan dengan mendukung diplomasi luar negeri di bidang pertahanan, juga bertugas mengampanyekan tentang Indonesia.

“Jadi, seluruh prajurit Kontingen Garuda, akan menjadi duta bangsa, duta TNI, dan menjadi wajah TNI di forum internasional” ungkap Hastuti. Terkait penugasan, seluruh personel yang tergabung, ditugaskan dalam pos-pos yang berbeda-beda.

Peran dan penugasan tersebut juga diungkapkan oleh Trinengsi M. Parhusip, Satgas Indobatt (Indonesian Battaliyon). ia mengatakan bahwa tugas utama dari satgas ini, adalah sebagai Senior Medicial Officer (Kepala Kesehatan), yang terbagi dalam beberapa tugas. Tugas itu di antaranya, menangani bagian kesehatan, mengawasi pelayanan dan kegiatan medis sehingga benar-benar sesuai dengan standar dari PBB, dan bertugas juga untuk mengawasi pelaksanaan penyuluhan kesehatan, seperti bakti sosial atau yang lainnya.

Serka Faradillah D. Bezen, Satgas MCOU (Millitary Community Outris Unit) XXX-J/UNIFIL, mengungkapkan bahwa dirinya memiliki peran untuk turun langsung menemui masyarakat. Bentuknya, penyuluhan ke sekolah-sekolah dasar, menengah, atau bahkan ke universitas yang masih dalam area operasi.

“Kalau di satgas MCOU lebih berinteraksi dengan tokoh-tokoh masyarakat, tentang populasi yang berada di desa tersebut, dan juga kita meminta izin kepada lurah untuk melakukan school engagement ke sekolah-sekolah yang berada di desa tersebut,” jelas Bezen kepada moderator.

Reporter Ahmad Zubaidi (magang) | Redaktur Sidra Muntaha