Home BERITA Pandemi Tak Membatasi Kreativitas Seniman Andrawina

Pandemi Tak Membatasi Kreativitas Seniman Andrawina

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com-Komunitas seni Satu Titik Yogjakarta mengadakan pameran yang berjudul Andrawina. Pameran dihelat selama empat hari sejak tanggal 8 Januari secara terbatas untuk tamu undangan. Acara ini dibuka oleh Subandi Giyanto, penerima Anugerah Kebudayaan tahun 2018 Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Andrawina berasal dari Bahasa Sanskerta yang berarti jamuan bagi khalayak. Latar belakangnya adalah eksistensi gerak kreatif perupa. Bahwa dalam bidang seni: karyamu adalah dirimu. Karya seni adalah representasi dari hati sang seniman. Setiap seniman memiliki latar belakang dan pandangan yang tidak sama.

Tema yang diangkat dalam pameran karya ini tidak jauh dari pandemi Covid-19. Pandemi tidak membatasi kreativitas seniman dalam menghasilkan karya. Pameran ini diharapkan mampu menjadi contoh aktualisasi diri dalam bentuk karya yang tanpa batas. “Walaupun sekarang kita dihadapkan dengan situasi pandemi, kreativitas tetap tidak bisa dibatasi,” ujar Gusde, perwakilan Komunitas Seni Satu Titik saat diwawancara ARENA via Whatsapp (12/01)

Terdapat sekitar 120 seniman yang mengirimkan karyanya dalam pameran ini. Dengan banyaknya seniman yang berpartisipasi, karya seni yang ditampilkan beragam. Tidak hanya karya seni lukis, ada pula seni kriya dan seni patung. Lukisan-lukisan yang dipajang sendiri memiliki variasi gaya. Mulai dari lukisan abstrak hingga lukisan yang realistis.

Salah satunya lukisan Gusde yang berjudul “Main Catur”. Menurutnya, lukisan ini merupakan kritik terhadap pemerintah yang haus akan kekuasaan. Papan catur yang panjang yang menggambarkan kekuasaan yang masih panjang. Bidak-bidak catur yang ada dalam lukisan merupakan representasi dari imajinasi seniman, setiap bidak mewakili satu ekspresi. Di bagian tengah terdapat ilustrasi Charlie Caplin, menggambarkan bahwa orang yang sukses cenderung lebih sering berpikir daripada banyak berbicara.

Selain pameran, terdapat juga Lokakarya Wood Cut (pahat) dan lukis on the spot dengan pengunjung sebagai objek lukisan dan dapat membawa hasil lukisan secara cuma-cuma.

Reporter: Nabiel Mumtaz Zaydane (magang) | Redaktur: Dina Tri Wijayanti