Lpmarena.com- Komunikasi profetik mengacu pada komunikasi sebagai pembela segala penindasan yang sering terjadi dalam kehidupan sosial. Ini yang kemudian dikaji lebih lanjut oleh Holy Rafika Dhona melalui buku Komunikasi Profetik: Perspektif Profetika Islam dalam Komunikasi. Dalam bedah buku yang diadakan oleh Forum Alumni Kajian Budaya dan Media (KBM) UGM 2011, Holy mengatakan bahwa buku tersebut juga menghadirkan nilai-nilai filosofis komunikasi, Minggu (17/01).
Penulis pun mengakui bahwa buku ini mengembangkan bukunya Kunto Wijoyo, Paradigma Profetik Islam. Namun tujuannya menulis buku tersebt adalah mengajak komunikator dan komunikan membela segala bentuk penindasan, sesuai dengan prinsip rahmatan lil alamin. Kemudian untuk memahami komunikasi profetik sendiri Holy menyinggung mengenai humanisasi (amar ma’ruf), liberasi (nahi munkar), dan transendensi (tu’minuna billah).
Banyak yang memahami komunikasi profetik sebatas komunikasi kenabian atau yang berkaitan dengan dakwah. Namun, komunikasi profetik dalam buku ini berhasil masuk wilayah substansi dan mampu menyejajarkannya dengan ilmu pengetahuan. Komunikasi Islam selama ini hanya dikenal datang dari Mesir. Dan buku ini mampu keluar dari jebakan tersebut.
“Komunikasi profetik harapannya menjembatani kesenjangan yang dirasakan antara agama dan permasalahan sosial,” katanya.
Menurut Muhammad Heychael, peneliti di Remotivi, komunikasi profetik tak hanya berbicara hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga manusia dengan makhluk lain. “Ini menjadi terobosan kebuntuan dalam komunikasi Islam,” timpalnya. Buku tersebut mampu memberi perspektif pembelaan bagi mereka yang lemah.
Reporter Fahrur Rozy | Redaktur Dina Tri Wijayanti