Home SASTRAPUISI Menziarahi Kepedihan: Puisi-puisi Nabil Muhammad

Menziarahi Kepedihan: Puisi-puisi Nabil Muhammad

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Oleh: Nabil Muhammad*

Menziarahi kepedihan

Pada hari ketika kubiarkan sunyi menziarahi kepedihan, ruhnya menginjak-injak rumitnya fikiran, merongrong kedasar jiwa yang pekat, begitu kuat terguncangramai.

Gemuruh ketakutan menyerang bertubi-tubi, mengobrak-abrik perasaan,
ini adalah tragedi besar pada kehampaan,
liar dan ketakutan
lapar haus
Mengunyah omong kosong
Menenggak dusta
Mabuk kesia-siaan

Sungguh mematikan, ia datang tak pernah berhenti, terus menerus, berulang-ulang, berlari menjauh tetap dipertemukan, kubuat benteng-benteng pertahan untuk berlindung tetap dihancurkan.

Apa itu kepedihan sehingga aku tak pernah mampu menerima penderitaan?

Lalu, Hanya Doa?

Bunga-bunga tak lagi mekar, ia terus disiram gairah beracun, ia ditumpas pedang-pedang kemarahan
terpisah, dijauhkan dan hilang dari genggaman benih kesuburan.

Gugurlah perenungan bersama keberadaan yang dulu harum. Waktu menjadi menakutkan, tak ada kesempatan, setidaknya hanya menyampaikan riwayat. lalu, Hanya doa?

Sumpah demi leluhur, telah lusuh rupa hatiku, kebiadaban semakin langgeng bersama tawa-tawa,
bersama perut kenyang,
dan mulusnya jalan, tak lepas iringan nyanyian setan dan tarian kekuasaan.

Kesengsaran menjadi tontonan lelucon, senang melihat korbannya jatuh berlumur darah dan air mata harapan yang terus dikubur jauh dan dalam, kelam!

Sampai Kapan

Sampai kapan dongeng tentang raja-raja,
tentang sang pujangga
tentang sang pemuja
tentang tuan-tuan dan puan-puan
tentang peperangan-perangan
tentang kemenangan dan kekalahan
tentang kemasyhuran
tentang yang terkucilkan
tentang prestasi-prestasi
tentang penghapusan-penghapusan
tentang dunia-dunia dan tentang akhirat
tentang, tentang, tentang
Sampai kapan selesai?
Mana awal mana akhir?
Adalah perumusahan yang mampu mengakhiri dongeng seumur hidup.
Adalah kematian yang ditunggu-tunggu.

Para pendongeng bingung,
orang-orang tak pernah puas,
Ia merasa dungu tentang ceritanya yang berulang-ulang begitu saja tanpa mengikuti modernnya zaman, seolah ceritanya tak mencerdaskan dan mengandung hikmah.

Oh telah hilang hati kecil nan lugu menerima cerita-cerita!


Rock Me Rasul!

Oh rasul, panggil aku dengan kekuatan rockandroll, lantang dan keras, menyibak kenikmatan yang rapi, meruntuhkan panggung-panggung kewajiban pertunjukan kelas bergengsi

Oh rasul, aku ingin berteriak dan mabuk dalam zikir padamu pada jerih payah dakwah undergroundmu yang merobohkan tatanan setan.

Oh rasul, pengaruhmu adalah rock and roll
Kekuatanmu kekuatan rock and roll
Penerimanmu penerimaan rock and roll
Gayamu gaya rock and roll
Ekspresimu rock and roll
Cintamu adalah rock and roll

Oh rasul cintaku rock and roll, aku mengimaninya!
Rock me rosul!

*Lahir di Palembang, anak bungsu dan pemalas. Kini, penulis berkuliah di UIN Sunan Kalijaga dan bergiat di Teater Saba Fakultas Dakwah