Home BERITA Bangku Belakang @uinsk: dari Rektor Eksis hingga Mahasiswa Magang Tak Digaji

Bangku Belakang @uinsk: dari Rektor Eksis hingga Mahasiswa Magang Tak Digaji

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com– Sejak diangkat menjadi rektor UIN Sunan Kalijaga pada Agustus lalu, ada sekitar 30 foto dan video yang menampilkan Al-Makin dalam unggahan akun Instagram @uinsk. Jumlah itu jauh lebih banyak daripada jejak para wakil rektor maupun rektor sebelumya, Yudian Wahyudi. Apakah Al-Makin memang ingin lebih banyak diekspos?

Perbedaan konten masa Yudian dan Al-Makin terlihat kentara. Kepala Bagian Tata Usaha Biro AUK Humas UIN, Muhammad Wahyudin mengatakan bahwa memang terdapat perbedaan antara konsep Instagram yang dulu dan sekarang.

Hal itu dipengaruhi oleh karakter rektor yang menjabat. Rektor sebelumnya sifatnya tegas, jadi karakter yang diangkat pun tegas. Kini, Al-Makin lebih ingin membuat inovasi baru. Kata Wahyudin, hal ini juga dipengaruhi oleh motto yang dibawa Al-Makin yaitu UIN Suka untuk Bangsa, UIN Suka Mendunia.

“Hanya ada perbedaan sedikit yaitu pola dan konten yang berbeda, kita sebagai Humas harus fleksibel mengikuti zaman di setiap kepemimpinan baru,” terangnya.

Al-Makin tampil seperti boomers yang ingin terlihat kekinian. Dalam unggahan awal pasca dilantik, ia berikut pejabat UIN lainnya mengenalkan diri sebagai pimpinan baru dengan video ala TikTok. Tak kalah sok asyik, admin menulis, “Yuhuiiiii, this is it…” dan dibalas oleh salah satu akun bernama @all_yk dengan komentar, “Ndagel pak rektorku.”

Dalam video tersebut, Al-Makin tengah bermain ping-pong lalu diperkenalkanlah ia sebagai rektor baru. Akun itu kembali mengunggah sebuah video untuk memperingati dies natalis UIN Sunan Kalijaga yang ke-69 beberapa setelahnya.

Al-Makin duduk di sebuah panggung kecil dikelilingi tetabuhan gamelan. Ia bersama jajaran pimpinan kampus lain menembangkan sebuah kidung Rumekso Ing Wengi. Kidung itu diciptakan  Sunan Kalijaga untuk memohon keselamatan.

Muh Ilham Akbar Rukmana, mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam memberi komentar. Menurutnya konten UIN Suka secara visual tidak ada yang mencolok. “Cuma kalau sekarang, ya, keliatan lebih ngonten aja gitu. Kaya ingin ngebangun, seolah-olah Al-Makin dekat dengan UIN SUKA,”.

Ia juga mengomentari terkait video pengenalan ala TikTok tadi. “Ya ampun, mungkin maksudnya mengikuti tren. Tapi jadi aneh aja gitu, aku liatnya kok kayak bukan media profesional. Kan ini, sekelas kampus gitu ya,” tutur Ilham.

Hampir sama, Misbah Khoironi, salah satu mahasiswa penggarap konten tersebut mengomentari, “Sekarang akun Instagramnya lebih Makin ya.”

ARENA lantas mengobrol lebih lanjut dengan Misbah, mahasiswa Fakultas Dakwah itu, untuk mengetahui lebih lanjut proses kreatif pengerjaan video.

Pada mulanya, rektorat minta dibuatkan video yang, “sederhana saja.” Namun, sebagai Ketua UKM yang bergerak dalam bidang perfilman, Misbah punya cita rasa kesenian tersendiri. Bermodal pas-pasan dari UIN, ia menggarap video itu secara totalitas. UIN setuju.

“Mereka (rektorat-red) senang karena ada asap-asapnya,” kisah Misbah.

Misbah pertama kali mendapat kesempatan mengerjakan proyek bersama Humas UIN sejak tahun 2016. Setelahnya, menyusul proyek-proyek lain yang ia garap. Sebut saja video sosialisasi pembelajaran (sospem), pembuatan video untuk visitasi AUN QA, hingga kidung.

Saat ditanya perihal pengalaman kerjanya bersama Al-Makin dalam penggarapan kidung, Misba menjawab singkat, “Jelas tidak enak.” Pasalnya, Misba dikontak mendadak oleh Humas dan hanya diberi waktu seminggu untuk produksi.

Misba mengeluh. Bukan hanya soal waktu pengerjaannya yang sulit, izin untuk memasuki Gedung Multi Purpose (MP) pun dibatasi aksesnya. Padahal, timnya butuh keluar masuk untuk mengatur dekorasi dan lain-lain.

Dalam kidung tersebut, Al-Makin berperan membacakan kidung diiringi alunan gamelan yang ditabuh para dosen. Bila merujuk naskah, Al-Makin mestinya membaca kidung tanpa nada. Namun Al-Makin melakukan improvisasi.

“Pak Makin sendiri yang bikin kaya lagu,” jelas Misbah.

Al-Makin gemar melakukan improvisasi di depan kamera. Ia pun sulit diatur dan seringkali keluar dari frame. Pernah satu kali saat shooting video Sospem, Al-Makin bergerak mendekati kamera meski tak ada yang mengarahkan. Hasilnya, kepalanya terpotong. Tak ingin pengalaman itu berulang, Misbah menempatkan Al-Makin dalam posisi duduk saat pembacaan kidung. “Pak Makin saya kasih duduk biar anteng,” kata Misbah.

Misbah juga mengeluhkan terkait dosen yang meminta pengambilan gambar dilakukan dalam waktu sejam saja. Hal itu menyulitkan. Lebih-lebih para dosen belum lihai menabuh gamelan. Misbah dan tim mesti kerja dua kali mengarahkan mereka.

Proses pengadaan barang pun cenderung sulit. Misbah diminta mendaftar barang keperluan produksi agar disediakan UIN. Namun, penyediaan barang itu lamban. Akhirnya, untuk beberapa barang, ia terpaksa meminjam pada institusi lain atau menggunakan alat seadanya.

Di lain sisi, tak ada imbalan dari kampus. Padahal, Misbah bisa mendapat upah yang cukup banyak bila mendapat proyek serupa. Ia menaksir proyek kidung itu bisa dihargai sekitar delapan juta. 

“Ya, bisa sampai delapan (juta-red) lah kalau kayak kidung kemarin itu. Buat alatnya empat, sisanya buat kru,” jelas Misbah.

Tak hanya Misbah, pekerja mahasiswa di Humas UIN pun tak mendapat uang saku. Hal ini disampaikan Aulia Nur Indrayani, mahasiswi yang pernah magang di Humas UIN.

Wahyudin mengatakan pihaknya masih berupaya agar mahasiswa magang mendapat imbalan. Namun upaya itu belum mendapat tindak lanjut dari pihak keuangan.

“Saya juga sebenarnya sedang usaha sih terkait upah,” kata Wahyudin.

Padahal hal itu telah diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tentang Penyelenggaraan Pemagangan di dalam Negeri. Pada pasal 15 disebutkan bahwa peserta magang berhak mendapat uang saku atau transport.

Mahasiswi prodi Ilmu Komunikasi itu pun menceritakan pengalamannya bekerja di Humas UIN. Ia magang mulai dari pukul delapan pagi sampai pukul empat sore. Pernah suatu waktu ia lembur hingga pukul sembilan malam. “Tapi kalau ada kuliah atau keperluan ya boleh izin gitu,” jelasnya.

Ia bekerja di bagian peliputan dan siaran pers ketika ada kegiatan. Beberapa kali, ia juga menggarap video yang melibatkan Al-Makin di dalamnya. Sama seperti Misbah, ia mengeluh Al-Makin, “Kadang suka bicara yang keluar dari teks.”

“Tapi ya, tinggal kita akalin aja sih, tinggal nanti videonya dicut,” pungkas Aulia.

Reporter Atikah Nurul Ummah | Redaktur Dina Tri Wijayanti | Ilustrasi Muhammad Faqih Sampurno