Home BERITA Satu Tahun Kuliah Online, Apa Kata Mahasiswa?

Satu Tahun Kuliah Online, Apa Kata Mahasiswa?

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.comBelakangan ini, kuliah daring kayaknya bisa menggeser posisi Mia Khalifa sebagai pemersatu bangsa mahasiswa. Karena kuliah daring mahasiswa mengeluh dan bahkan demo. Beberapa dari mereka kesal karena subsidi kuota tersendat-sendat. Beberapa capek karena harus bolak-balik ke kota buat nyari sinyal tiap ada kelas. Sudah begitu, yang lebih ngeselin, UKT tetap harus dibayar full. Dah lah.

Kuliah daring memang merupakan upaya meminimalisir penyebaran Covid-19. Dimulai sejak 16 Maret 2020, pemerintah mengeluarkan kebijakan pembelajaran daring. Namun, pelaksanannya banyak enggak jelasnya. Sampai-sampai anggota DPR RI Dedi Mulyadi pun mempelopori anak-anak untuk ternak atau bertani saja, karena belajar daring dinilai tidak efektif, apalagi di pedesaan.

Melihat kondisi itu, ARENA lantas menghubungi empat mahasiswa UIN Sunan Kalijaga lewat pesan Whatsapp biar tahu keluh kesah mereka. Tiga dari empat mahasiswa sampai harus menggunakan dua ponsel guna mengatasi hambatan yang dihadapi selama kuliah maya itu.  

Mereka adalah Junnatun dan Rofi’un, mahasiswi program studi Hukum Keluarga Islam (HKI); juga Naili Fithriyah dan Nurul Hidayat, mahasiswa Studi Agama-Agama. Hanya Rofi’un yang enggak menggunakan dua gawai dari empat mahasiswa yang kami wawancarai. “Kartuku itu Telkomsel sama XL. Misal kalau Telkomsel banyak promo, beli yang Telkomsel,” kata Rofi’un.

Dan beginilah percakapannya.

Arena: Menurut pendapat kamu gimana kuliah online itu? Susah enggak?

Juna: Susah enggaknya itu tergantung dari diri kita sendiri, ya. Kalau di aku sih, ya itu tadi, sinyal susah. Dari dosennya sendiri sih pengertian, jadi dosennya mengerti sih. Susah enggak itu ya, enggak begitu susah, tapi enggak mudah sih.

Rofi’un: Kalau disuruh milih susah apa nggak masih fifty-fifty. Soalnya kuliah online UKTnya mahal, tapi nggak bisa pakaifasilitas, mendingan offline bisa ngerasain fasilitas.

Susahnya ketika disuruh sama orang tua, dan kita tidak enak untuk menolaknya. Kalau pribadi saya mending mengarah offline, karena bisa fokus sama materi kalau di rumah pastinya sering ditinggal.

Kuliah (kuliah) online, menurut saya merusak pendidikan di Indonesia, karena hilangnya tata krama dalam belajar dan mengajar.

Naili: Enggak paham, ngantuk, bosen, biasanya sinyal jelek juga. Kalau offline lebih paham. Kalau online udah ngehabisin kuota, mana enggak paham. Soalnya aku kalau kuliah tak tinggal tidur, jadi materi dari dosen enggak bisa masuk

Dayat: Enak, tapi eman uang UKT yang dibayar ke kampus. Seperti ngelempar duit ke mulut sungai. Dan 4 tahun harus lulus, enggak 4 tahun mending enggak kuliah.

Arena: Kesusahan apa aja yang didapat saat kuliah online diadakan?

Juna: Yang paling penting itu sinyal. Karena rumahku itu susah banget sama sinyal, apalagi kalau siang sampai sore. Aku kan ada kelas siang sampai sore, kalau siang itu sinyalnya pasti ngadat, pasti nggak kuat, sampai akhirnya ngantuk. Kalau susah sinyal kan males ya. Terus akhirnya ngantuk, terus ketiduran.

Naili: Enggak paham, ngantuk, bosen, biasanya sinyal jelek juga. Kalau offline lebih paham. Kalau online udah ngehabisin kuota, mana enggak paham. Soalnya aku kalau kuliah tak tinggal tidur, jadi materi dari dosen enggak bisa masuk.

Dayat: Kuliah online itu sudah kendala sinyal, paket data, belum kesibukan-kesibukan rumah tangga yang harus diselesaikan. Dosen seenaknya, kuota habis di tengah kuliah sedang sayang-sayangnya, hujan dan kenangan melanda sehingga sinyal musnah ditelan lumpur.

Rofi’un: Susahnya ketika disuruh sama orang tua, dan kita tidak enak untuk menolaknya. Kaau priibadi, saya mending mengarah offline, karena bisa fokus dengan materi, kalau di rumah pastinya sering ditinggal-tinggal.

Arena: Beli HP kedua sejak kapan?

Juna: Beli HP sejak tanggal 12 Februari 2021, baru kemarin, karena setelah satu semester aku menggunakan satu HP dan satu laptop itu ternyata enggak enak banget. Aku itu tipe orang yang engga bisa menggunakan laptop sambil dicharger karena aku eman-eman. Akhirnya aku memutuskan untuk beli HP lagi, biar HP yang satu tidak terlalu banyak buat kegiatan, terus laptopku baik-baik aja gitu. Aku kira itu solusi yang mantap.

Dayat: Lupa, sejak lama. Sebenarnya 3 HP yang satu udah ku jual, buat beli kuota. Aku pakai dua HP karena dengan dua HP akan lebih mempermudah segala urusan. Biar Zoom, Medsos, sama game tidak menyatu di satu HP. Era pandemi tak hanya membunuh para pedagang, kita pun kena.

Neli: Sejak 2019. Karena HP yang satunya itu kentang. 

Rofi’un: Karena saya menggunakan satu HP, ini saya beli sejak bulan Maret 2020, dan sekarang sudah satu tahun.

Arena: Kira-kira berapa giga kamu habiskan perminggu?

Dayat: Hari ini 700 MB per provider + 700 MB per provider, udah 1,5 GB per hari. Main game 6 jam, enggak akan seboros ngezoom 30 menit.

Neli: Kalau menurutku, untuk kuliah daring paling habis kuota 15 GB-an sebulan. Tapi aku habis 21 GB per bulan, karena untuk kebutuhan lainnya.

Juna: Aku pakai yang unlimited 25 GB per bulan, karena aku milih yang unlimited, tapi yang promo aja. Karena kuota UIN ini enggak turun-turun, aku males menanti ketidakpastian ini.

Buat aku kuliah (pakai) kartu Telkomsel, tapi kalau HP yang satu pakai kartu Tri, meski sinyal sering ngadat. Sehari aja kalau buat ngemeet habis 300 MB, belum ngezoom.

Rofi’un: Kalau benar-benar dipakai saat kuliah saja, habis sekitar 15 GB per bulan.

Arena: Menurut kamu keuntungan kuliah online apa saja?

Neli: Kuliah (online) enggak ada untungnya. Eh, ada ding, enggak perlu panas-panas ke kampus. Nilainya juga bersahabat.

Rofi’un: Kalau ngomongin keuntungan pertama, hemat biaya, bisa dilakukan di mana saja yang penting masuk, ngumpul tugas, udah.

Dayat: Hemat biaya sih, tapi belajar jadi kurang maksimal.

Juna: Keuntungannya sih bisa disambi. Selama daring itu masih enak, karena masih bisa di rumah. Jadi apa-apa gratis. Kalau aku sendiri, tak sambi jualan di pasar, ya sama kerja gitu, jadi dapat ilmu dapat uang.

Arena: Ada engga dosen yang benar-benar enak dan bisa memaksimalkan perangkat online untuk kuliah?

Dayat: Belum pernah ada. Nilaiku aja turun, karena ada yang enggak ikut UAS. Soalnya dosennya enggak jelas.

Juna: Ada, jadi beliau itu sebelum kelas kan ada WA grup. Nah, nanti dikasih tahu terlebih dahulu kalau besok ada kelas, dengan ketentuan begini-gini. Ngajarin dan neranginnya juga pas. Pokoknya, ngajarnya itu bisa diterima dengan baik, enggak terburu-buru, pokoknya enak gitu lah ngajarnya.

Neli: Ada, dosen yang menjelaskan materinya dahulu melalui Zoom, lalu dia kemudian memberi tugas. Lalu, saat Zoom itu, nanti mahasiswanya ditanyain mengenai tugasnya, sudah paham belum, sambil dijelasin tugasnya.

Arena: Menurut kamu kira-kira kuota idealnya berapa?

Dayat: Paketan yang aku pakai 25 GB per bulan, ya paling enggak sekitar 12.000 MB per minggu lah. Tapi belinya yang promo, engga tau jenis paketannya apqa, intinya murah.

Rofi’un: Idealnya 15 GB per bulan, karena saya mengira-ngira kalau kuota itu dipakai buat kuliah saja, soalnya pas dikasih kuota dari pihak UIN satu bulan itu cepat habis, itu karena juga dipakai untuk kebutuhan lainnya.

Juna: Kuota idealnya, aku cocok kalau pakai yang unlimited satu bulan 25 GB.

Neli: Kuota idealnya ya 21 GB, biar bisa buat kebutuhan lainnya, misal nonton film sama Tiktok.

Arena: Biasanya dosen mengajar pakai apa?

Dayat: Biasanya pakai Zoom, Google Meet, dan grup WhatsApp.

Rofi’un: Ngemeet, Zoom, WA Grup, dan Youtube, apabila materi itu disuruh buka Youtube.

Juna: Lebih sering pakai Meet. Cuma satu dosen yang ngezoom, dan itu istrinya Pak Rektor. Ya itu sih, seminggu cuma sekali ngezoom, selainnya pakai Meet. Ya ngemeet sama WA grup.

Neli: Pakai Zoom kalau enggak Google Meet. Sama WA grup.

Arena: Metode yang paling tepat untuk kuliah online, menurut kamu gimana sih?

Dayat: Kuliah yang paling baik itu, dengan Zoom atau Gmeet, bukan hanya share materi dan ngasih tugas, kemudian dosen hilang entah kemana.

Rofi’un: Metode yang paling tepat versi saya, ketika kuliah online diusahakan absensi mahasiswa itu hadir semua, karena ini kuliah online dan kita tidak tahukeseharian mahasiswa itu seperti apa, intinya dimaklumi lah.

Junnatun: Selalu siap sedia ditanyain kapan aja. Metode ngemeet juga tepat sih, karena bisa dua interaksi, meskipun secara daring. Menurutku itu yang paling tepat.

Neli: Pakai Zoom, kemudian saat zoom ditanyai satu-satu soal tugasnya, sambil (dosen) dijelasin.

Emang butuh kesabaran dan ketelatenan untuk “memahami” kuliah online, agar fokus dan paham pada materi yang disampaikan dosen.

Arena: Satu kata tentang kuliah online?

Dayat: Asu. Wkw. Enak tidur, enggak secapek kuliah terus.

Neli: Kacau. Sebenernya ya, anjir, itu enggak guna, ngabisinkuota, nambah bego, IPK turun, enggak bisa ngebucin, enggak dapat uang saku.

Juna: Fleksibel sih menurut ku, karena bisa disambi-sambi.

Rofi’un: Susah. Karena online materi sama sekali tidak masuk.

Reporter Aditya Kurnia Putri | Redaktur Sidratul Muntaha | Ilustrasi Firdan HK