Home BERITA Memeluk Badai: Penderitaan dan Ketenangan Tak Bisa Dipisahkan

Memeluk Badai: Penderitaan dan Ketenangan Tak Bisa Dipisahkan

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.comTeater Eska kembali mempersembahkan pentas teater Tiga Bayangan pada 7 hingga 8 April 2021. Pentas teater Tiga Bayangan keempat ini disiarkan melalui kanal website www.loket.com dan mementaskan tiga judul, yaitu Kelaparan, Panduan Menari dari Tuhan, dan Memeluk Badai.

Memeluk Badai mengisahkan seseorang bernama Alif yang dalam hidupnya hanya mengenal penderitaan. Dalam hidupnya yang penuh penderitaan itu tak pernah sekalipun ia merasakan ketenangan.

Di tengah kegelisahan Alif yang tak kunjung usai, datanglah Mim, seseorang dengan perawakan yang penuh keceriaan. Mim lantas memberikan tips agar Alif bisa turut merasakan ketenangan. Akan tetapi biar bagaimana pun, penderitaan memang sudah terlanjur melekat pada diri Alif. Akhirnya, mereka hanya pergi ke masa lalu untuk sekadar mengingatnya.

Madhur M. Alif, penulis naskah sekaligus sutradara pentas Memeluk Badai, menjelaskan dalam pembuatan naskah ia memasukkan prinsip-prinsip agama yang terinspirasi oleh Al-Maududi. Nilai Ilahiyah dan Insaniyah berangkat dari pemahaman agama yang mengajak manusia menjadi lebih baik.

“Sifat Ilahiyah dan Insaniyah mengajak manusia untuk bertakwa, tolong menolong dan bertoleransi satu sama lain,” ujar Madhur.

Pada segmen kedua, muncullah sosok Lam. Ia sedang meringkuk di belakang pintu sembari menceritakan kehidupannya yang tak memiliki arah. Lam sendiri digambarkan sebagai sosok yang terombang-ambing antara ketenangan dan penderitaan.

Madhur mengungkapkan, naskah Memeluk Badai berangkat dari isu yang dialami sehari-hari. Manusia mempunyai dorongan untuk bertindak serta berbuat kebaikan atau keburukan di dunia. Hal itu kemudian direfleksikan dalam penggambaran tokoh Alif sebagai penderitaan, Mim sebagai ketenangan, dan Lam yang terombang-ambing di antara keduanya.

“Saya ingin menggambarkan manusia dari sifatnya. Dua lelaki, Alif dan Mim atau penderitaan dan ketenangan sebenarnya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia karena keduanya bisa saling melengkapi,” ujar Madhur saat menceritakan naskah tersebut.

Dalam penulisan naskah ini, Madhur juga mengajak para aktor untuk berpartisipasi. Sebelum masuk tahap penulisan, kelompok aktor yang disutradarai Madhur saling mencurahkan pengalamannya. Hal itu bertujuan agar aktor dapat lebih menjiwai peran dalam pementasan sekaligus menjadi cerminan untuk mengetahui hidupnya.

“Saya mengambil spirit dari aktor untuk dijadikan sebuah naskah agar mereka tahu sendiri hidupnya sudah seperti ini dan langkah apa yang mau dilakukan selanjutnya,” pungkas Madhur.

Reporter Bisma Aly Hakim | Redaktur Nur Hidayah | Fotografer Teater Eska