Pentas tiga bayangan digelar UKM Teater Eska pada 7-8 April lalu. Sa;ah satu pertunjukannya berjudul Panduan Menari dari Tuhan yang disutradarai Mahfud Setiawan. Mahfud dan Farid, penulis naskah, mengaku ingin menyampaikan kegelisahannya tentang problem manusia modern.
Sebut saja, manusia masa kini tidak dapat terlepas dari teknologi. Sementara itu, manusia yang hidup berdampingan denga adat istiadat tersingkir sedikit demi sedikit. Kedua perspektif itu ditokohkan melalui Poppi yang mewakili modernitas dan Trad yang mewakili tradisionalitas.
Tak hanya itu, Farid juga menyorot fenomena populisme agama yang diwakili oleh tokoh Teo. Populisme agama sendiri adalah istilah yang hangat belakangan. Ia sering digunakan saat menyebut fenomena mobilisasi sentimen umat oleh pemuka agama demi tujuan politik. “Tapi aslinya mereka (pemuka agama-red) enggak punya solusi apa pun,” jelas Farid.
“Trad sebagai perwakilan masyarakat adat, Poppi si manusia teknologi yang tak punya karakteristik, dan Teo yang hanya menonton dua tokoh yang terus berpolemik. Ketiga hal itu merupakan gambaran keadaan kita di masa sekarang,” ujar Farid.
Proses penggarapan pentas ini tidak mudah. Sebab, kali ini Teater Eska menampilkan konsep ‘Teater Sinematik’.
“Sebenarnya proses kali ini tidak jauh beda dengan pementasan sebelum online, hanya memiliki beberapa perbedaan. Mulai dari beberapa bagian naskah terpaksa dipotong, lalu banyak adegan yang harus dibagi menjadi beberapa bagian,” jelas Mahfud.
Lebih lanjut Mahfud mengatakan pementasan online cenderung berat di proses pascaproduksi. “Kalau dulu biasanya setelah pementasan, ya kelar, tapi kalau sekarang harus terus berkomunikasi dengan tim media untuk proses editing,” kata Mahfud.
Selanjutnya ketika ditanya mengenai bagian paling berkesan menurut sutradara, Mahfud menjawab bagian saat Teo muncul. “Banyak orang mengira bahwa Teo itu agung dan memiliki power untuk menyelesaikan masalah, tetapi sebenarnya, Teo bukan solusi dari masalah,” pungkas Mahfud.
Reporter Afrahul Fadilah (Magang) | Redaktur Sidra Muntaha | Fotografer Teater Eska