Home BERITA Menziarahi Pameran Memorabilia Udin

Menziarahi Pameran Memorabilia Udin

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com – Memperingati Hari Kebebasan Pers Dunia 2021, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta bersama IndonesiaPENA dan Connecting Design Studio mengadakan Pameran dan Diskusi Benda-Benda Memorabilia Udin. Pameran diadakan di Antologi Collaborative Space Yogyakarta dari tanggal 3 sampai 10 Mei, sementara diskusinya berlangsung ketika pembukaan pameran, Senin (3/5) sore.

Diskusi tersebut mengundang Shinta Maharani (Ketua AJI Yogyakarta), Ny. Marsiyem (istri Alm. Udin), Heru Prasetya (mantan Redaktur Harian Bernas), Adink Masduki (pendiri IndonesiaPENA), dan Tri Wahyu (Ketua Koalisi Masyarakat Untuk Udin), dan Anang Saptoto (seniman).

Diskusi didedah oleh Anang selaku seniman yang mengkurasi karya pameran. Ia pun memaparkan benda-benda yang ia kurasi dan dimaperkan di Antologi Space. Ada kliping Harian Bernas Agustus-Desember 1996, foto dari kamera yang dipakai oleh Udin, dan poster.

Salah satu benda yang menarik perhatian adalah galeri foto kamera Udin. Marsiyem, istri Udin, menjelaskan, kamera tersebut adalah salah satu sumber penghasilan Udin. Selain menjadi wartawan, Udin juga membuka studio foto untuk mencari penghasilan tambahan.  “Penghasilannya lumayan. Sampai dengan kejadian waktu dianiaya itu kita masih bisa jalan,” cerita wanita paruh baya ini.

Mengingat sejarah benda-benda itu menjadi semakin penting saat ini. Sebab, kekerasan terhadap jurnalis, seperti yang menimpa Udin, semakin sering terjadi hari-hari belakangan. Shinta Maharani, Ketua AJI Yogyakarta, menyebut ada 90 kasus kekerasan terhadap jurnalis sejak Mei 2020 sampai Mei 2021. Ini merupakan angka terbanyak daripada tahun-tahun sebelumnya. Mayoritas pelakunya berasal dari aparat kepolisian.

Ia juga mengaitkan dengan kasus yang dialami oleh Nurhadi, wartawan Tempo di Surabaya yang mendapat intimidasi saat hendak mewawancarai tersangka kasus suap pajak, Angin Prayitno Aji. “Ada benang merah antara Nurhadi dan Udin. Sama-sama membongkar kejahatan korupsi, sama-sama melakukan jurnalisme investigasi,” katanya.

Setelah itu giliran Heru Prasetya untuk membacakan dua contoh berita tulisan Udin yang mengorbit tanggal 29 Mei 1996. Judulnya “DPRD Bantul Terima Surat Kaleng,” sub-judulnya “Salah Satu Calon Dikabarkan Memberi Bantuan Satu Miliar”. Berita kedua naik tanggal 17 Juli 1996, judulnya “Bandes (Bantuan Desa) Bisa Untuk Menangkan Golkar”.

Dua berita itu, dugaan Heru, adalah sebab penganiayaan Udin. Ia memuji, “itu, kan, berita yang sensitif dan orang di Jogja yang berani hanya Mas Udin.” Satu bulan setelah berita kedua terbit, Udin mengalami penganiayaan pada Selasa malam 13 Agustus 1996. Tragedi tersebut terjadi di depan rumahnya di Jalan Parangtritis km 13. Jurnalis Harian Bernas ini kemudian wafat pada 16 Agustus 1996 setelah koma di RS Bethesda Yogyakarta.

Kliping dari koran Harian Bernas 1996 dari Agustus sampai Desember tentang kematian Fuad Muhammad Syafruddin.
Salah satu kliping berjudul Kematian Udin, Tragedi Kemanusiaan.
Perkakas fotografi Udin dalam pekerjaannya sebagai jurnalis dan fotografer.
25 lembar poster karya Anang Saptoto yang ditandatangani Marsiyem.

Fotografer Aliefian Damarizky | Penulis Aliefian Damarizky | Redaktur Sidra Muntaha