Lpmarena.com – Berlokasi di Gelanggang ESKA kompleks UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Minggu, (05/12), Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Arena mengadakan kegiatan peluncuran buku bertajuk Diskusi dan Launching Buku “Catatan Hitam Kampus Putih, UIN Sunan Kalijaga dan Urusan Pelik yang (Tak) Usai”.
Dalam acara yang dihadiri puluhan orang dari berbagai kalangan itu, Pimpinan Redaksi LPM Arena, Sidratul Muntaha, mengatakan bahwa peluncuran buku ini mengangkat tema-tema krusial yang paling sering diliput oleh LPM Arena.
“Ini bisa menjadi concern juga, ya, mungkin karena memang persoalannya enggak usai, sesuai judulnya, urusan pelik yang tak kunjung usai, terus ada aja,” papar Sidra mengapa buku ini dibuat dan terkait liputan Arena yang terus berulang.
Berbeda dengan buku sebelumnya, Merawat Ingatan Merepresentasikan Tindakan, buku yang terbit kali ini berisi kumpulan liputan pilihan LPM Arena yang berfokus terhadap dunia kampus dalam dua dekade terakhir. Di dalamnya juga termuat isu krusial di UIN Sunan Kalijaga yang terbagi dalam empat bagian; gerakan mahasiswa, komersialisasi pendidikan, mutu pendidikan, dan infrastruktur.
Tulisan dalam buku tersebut dipilih dari arsip liputan yang dimuat di website, majalah, dan Slilit Arena yang pernah ditulis para reporter Arena. Beberapa tulisan yang dipilih, misalnya, menguliti hal-hal yang menjadi penentu biaya UKT dengan judul “Di Balik Mahalnya Biaya UKT”. Selain itu, ada pula liputan investigasi menyorot korupsi hibah gedung UIN yang terjadi belasan tahun silam.
Aji Bintang Nusantara, Ketua Panitia, mengatakan dalam sambutannya, buku ini bisa menjadi pemantik bagi para mahasiswa khususnya UIN Sunan Kalijaga untuk berdiskusi sekaligus mengawasi kinerja kampus.
“Bisa menjadi bahan renungan, semoga apa yang sudah ditulis bisa menjadi arah untuk langkah kita ke depannya,” tutur Aji.
Abdul Aziz, redaktur tirto.id yang menjadi salah satu pemateri dalam diskusi mengatakan, pers mahasiswa bisa menjadi alternatif dalam distribusi informasi bagi para mahasiswa dan publik. Sebab, banyak persoalan penting yang tidak diangkat media mainstream dan tidak menjadi diskursus kampus.
“Pers menjadi bagian dari gerakan mahasiswa sejak Orde Baru. Tidak hanya aksi jalanan, persma menjadi alternatif untuk para pembaca ketika media mainstream tidak mengangkat isu-isu terkait persoalan yang ada dunia kampus,” kata Aziz.
Kini, menurut Alumnus LPM Arena itu, pers mahasiswa tetap menjaga karakternya di era pasca-Reformasi. Termasuk pada karakter liputan yang terus berkembang dan berani.
Jika ada persoalan yang merugikan mahasiswa, “Lawan,” tegas Aziz.
Reporter Azzam | Redaktur Nur