Lpmarena.com-Komunitas Kelompok Wanita Tani (KWT) mengadakan pelatihan pembuatan pupuk organik kepada para petani yang menjadi anggotanya di dusun Kamal, Karangsari, Pengasih, Kulon Progo pada Minggu (03/04). Pelatihan dilakukan di tanah milik salah satu anggota KWT didampingi oleh Forum Komunikasi dan Kerjasama (FKK) Mahasiswa Agronomi daerah Yogyakarta-Jawa Tengah dan organisasi pemuda di Kulon Progo yang bergerak di bidang pertanian.
Kegiatan diawali dengan pembuatan pupuk organik padat dan cair. Lalu dilakukan praktik pemupukan tanah dan pemeliharaan tanaman memakai pupuk cair. Selain itu, dilakukan juga penanaman tanaman tomat dan terong.
Muhammad Dwi Prasetya, koordinator kegiatan, menuturkan pelatihan ini berupaya memberikan alternatif pada petani dalam kegiatan produksi pertanian. Karena sejak diberlakukannya revolusi hijau pada masa Orde Baru, para petani memiliki ketergantungan pada pupuk kimia. Hal tersebut menjadi masalah ketika saat ini harga pupuk kimia naik di pasaran. Mahalnya harga pupuk kimia ini membuat para petani mengeluarkan biaya produksi yang tinggi. Padahal hasil panen mereka ketika dijual tidak mendapatkan harga stabil.
“Dari hasil pengamatan saya pada petani padi, pupuk anorganik (kimia) mengalami kenaikan harga mulai tahun 2014-2016,” ujar Prasetya kepada ARENA.
Selain itu, menurutnya bahan baku pupuk organik bisa didapatkan dengan mudah di lingkungan. Bahan baku itu seperti kotoran hewan atau limbah dapur. Oleh sebab itu, selama pelatihan para petani KWT diminta untuk menyiapkan bahan-bahan pupuk organik ini dari rumah masing-masing.
Kegiatan ini sudah dimulai secara berkala sejak tiga bulan lalu, Minggu (08/01). Dalam satu bulan, pelatihan dilakukan sebanyak tiga kali setiap hari Minggu. Hal ini dikarenakan pembuatan pupuk organik memerlukan waktu yang cukup lama, yakni sekitar dua hingga tiga minggu.
Di sisi lain, para petani juga merasa terbantu dengan adanya pelatihan ini. Suharsini, salah satu peserta pelatihan, menuturkan jika pembuatan pupuk organik sesuai dengan harapan para petani, mulai dari pembuatan pupuk kandang sampai praktik penanaman. Menurutnya, penyampaian mahasiswa FKK juga cukup jelas.
“Komunikasi antara kami dan teman-teman (FKK) sangat dekat,” tuturnya.
Kedekatan komunikasi yang dimaksud Suharsini adalah dilibatkannya para mahasiswa FKK dalam rapat rutinan petani KWT di setiap tanggal enam. Kedekatakn itu menjadikan pelatihan yang dilakukan bisa tepat dengan apa yang diperlukan para petani KWT.
Reporter Elang Dwipa Mahardhika (Magang) | Redaktur Mas Ahmad Zamzama