Lpmarena.com-Teater Eska UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Persatuan Teater Anak Melayu (TAMU) mementaskan Bingkas Timur di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, Kamis (21/07). Berlatar abad ke-19 di Kampung Jawi (Melayu), pentas ini menceritakan kebangkitan Timur yang berawal dari penyatuan Melayu Raya (Jawa dan Jawi).
Muhim, pimpinan produksi mengatakan bahwa Bingkas Timur merupakan naskah lama yang kental akan adegan peperangan. Cerita ini mengandung dakwah dan pesan tentang penyatuan dan kasih sayang antara Jawa dan Jawi (Melayu Raya).
“Naskahnya berisi semangat penyatuan dan kasih sayang Melayu Raya karena dalam sejarahnya, Jawa dengan Jawi itu sama,” terang Muhim saat ditemui Arena selepas acara.
Umar, menjadi tokoh utama sebagai pemuda yang berjiwa pemimpin dan pembela, serta penentang Muluk, penguasa bengis, penindas rakyat kecil. Umar sempat diamankan ke Tanah Jawa karena Muluk beserta pasukan hendak membunuhnya. Di sana dia bertemu dengan Raden Mas Slamet, Kyai Haji Syahid, Sayyid Makkah, dan Habib Mokhtar Al-Jambi. Mereka kemudian menemukan silsilah warisan Jawi dan Jawa dari alam Melayu Raya; peristiwa ini membuat mereka bersatu untuk menentang kemungkaran dan memberantas kejahatan.
Kembalinya Umar ke Jawi ditunggu oleh Muluk dan pasukannya. Umar menyerahkan diri untuk membebaskan teman seperjuangannya yang ditangkap paksa oleh Muluk. Keadaan menjadi genting. Kyai Haji Syahid dan Raden Mas Slamet dari Jawa, datang menolong Umar. Singkat cerita, persatuan antara Jawa dan Jawi menaklukkan Muluk berhasil.
Shammas Abu Ali, sutradara menekankan pesan yang ingin disampaikan melalui pentas adalah menghapus perbedaan antara Jawa dan Melayu, “Nusantara ini Melayu Raya, jangan sampai asing. Jangan dikira kan Jawa, Malaysia, Aceh, semua sama darahnya merah,” jelasnya dalam wawancara.
Hamdan dari Sanggar Nuun, melihat adanya nilai kekeluargaan, kasih sayang, dan hubungan manusia dengan Tuhan dalam Bingkas Timur. Dia tidak menemukan arti kebangkitan wilayah Timur dalam cerita ini. Hamdan juga menyampaikan kekurangan dalam pementasan adalah teknik penyampaian akting. “Orang marah itu kan tidak langsung marah seketika tetapi, ada perubahan raut muka dan sebagainya,” ucap Hamdan.
Reporter Niswatin Hilma (magang) | Fotografer A. Dimas Rizaldi (magang) | Redaktur Musyarrafah