Home BERITA PBAK 2022: Tema Eksklusif dan Jauh dari Implementasi

PBAK 2022: Tema Eksklusif dan Jauh dari Implementasi

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com-UIN Sunan Kalijaga kembali menyelenggarakan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) pada 18-20 Agustus 2022 secara luring.  PBAK kali ini mengusung tema “Membentuk Generasi Muslim yang Berintelektual Organik, Moderat, dan Berakhlaqul Karimah”. Tema ini kemudian dinilai eksklusif dan tidak merepresentasikan seluruh mahasiswa, pasalnya di tahun ini UIN Sunan Kalijaga juga menerima mahasiswa non-Islam.

Gisel, salah satu mahasiswa Hindu dari program studi Ilmu Hukum, mengeluhkan terkait tema yang diusung pada PBAK tahun ini.

“Tapi kan tahun ini UIN juga membuka jalur keberagaman, ya, seharusnya temanya diubah, yang sifatnya lebih universal. Mungkin iya bernafaskan Islam, tapi tidak terlalu menjurus banget (frasa Generasi Muslim-red),” jelas Gisel, saat diwawancarai ARENA. (18/08).

Gisel juga merasa asing, baginya mahasiswa di UIN dididik untuk berfikir secara Islam. “Saya kurang sreg. Saya merasa sedikit terasingkan, saya juga ingin mendapat tempat, karena tidak semua yang kuliah di sini muslim,” imbuhnya.

Vani, mahasiswa Katolik dari program studi Pendidikan Fisika, juga mengaku sedikit tertekan ketika ada senior yang menanyakan agamanya dan mengapa ia memilih UIN.

“Dengan pertanyaan seperti itu saya merasa sedikit tertekan, tapi mungkin mereka juga jarang melihat kami,” jelas Vani.

Moh. Abi, ketua panitia PBAK 2022, menjelaskan bahwa frasa “Generasi Muslim” tersebut sudah dipikirkan oleh panitia dan berkonsultasi dengan pihak dosen.

“Kita juga sudah memikirkan dan konsultasi dengan pihak-pihak tertentu seperti dosen, dan tidak apa-apa.” jelas Abi saat diwawancarai ARENA. (19/08)

Najieb, selaku koordinator Divisi Acara PBAK 2022, mengatakan bahwa penentuan tema tersebut mengambil penggalan dari kata UIN itu sendiri, yang merupakan kampus Islam. Ia juga menyebut ingin menekankan nilai di dalam tema pada mayoritas mahasiswa tanpa melupakan teman-teman non-Islam.

“Cuma ya lebih kita tekankan lagi apa yang kita ingin agar mayoritas mahasiswa UIN lebih dapat memahami nilai-nilai keislaman itu sendiri. Tanpa melupakan teman-teman yang non-Islam,” jelas Najieb (19/08).

ARENA juga mencoba menghubungi Imam Machali, selaku ketua panitia PBAK 2022 yang berasal dari dosen, sampai tulisan ini dibuat yang dihubungi tidak juga memberikan respon.

Nilai Keislaman Tak Diimplementasikan

Nilai-nilai keislaman yang ingin dipahamkan, pada kenyataanya justru berseberangan dengan kegiatan yang dilaksanakan pada PBAK kali ini. Indah—bukan nama sebenarnya—salah satu mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi mengatakan bahwa pihak panitia melewati waktu salat Ashar begitu saja.

“Kemarin itu di hari pertama, ada jadwal salat Ashar jam empat, tapi malah dilewati sampai jam lima, saat posisi para mahasiswa baru belum salat Ashar. Jam setengah enam itu baru salat Ashar, sebelum itupun diharuskan berkumpul di fakultas dulu,” jelas Indah saat diwawancarai ARENA. (19/08).

Hal tersebut bertolak belakang dengan nilai-nilai keislaman yang diusung pada tema PBAK 2022, dan juga berlawanan dengan Buku Pedoman PBAK yang diterbitkan oleh Kementerian Agama melalui SK Direktur Jendral Pendidikan Islam Nomor 4962 Tahun 2016. SK tersebut berisi penjelasan terkait kewajiban panitia untuk menghentikan kegiatan saat azan berkumandang dan menyegerakan untuk melaksanakan kegiatan salat berjamaah.

Indah juga mengaku melihat di salah satu fakultas, masih berlangsung kegiatan orasi mahasiswa, yang bertepatan dengan waktu azan salat Ashar. “Ada salah satu fakultas itu yang masih berorasi sampai azan Ashar, dan suaranya lantang ditambah dengan menggunakan mic. Jadi ya mengganggu, bagi yang melihat juga pasti merasa tidak etis apalagi di kampus UIN yang berlabel Islam,” pungkasnya.

Reporter: Maria Al-Zahra, Yudhistira Wahyu Pradana (magang) | Redaktur: Fatan Asshidqi