Home BERITA Di Balik Layar Prestasi Cepedi dan Seretnya Pengadaan Barang bagi UKM

Di Balik Layar Prestasi Cepedi dan Seretnya Pengadaan Barang bagi UKM

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Pengadaan barang bagi penunjang kegiatan UKM seringkali seret. Misalnya UKM Cepedi, pengajuan barang baru turun dari rektorat setelah tiga tahun, itupun setelah didesak karena salah seorang atlet mengalami cedera saat latihan.

Lpmarena.comAgustus 2022 menjadi bulan gemilang bagi UKM Cepedi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. UKM  pencak silat tersebut berhasil membawa dua piala, yakni juara harapan 1 kategori pencak silat tunggal putra dan putri, serta juara harapan 2 kategori ganda putri dalam Pekan Seni dan Olahraga Nasional I Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PESONA I PTKN) 2022, yang bertempat di UIN Sunan Gunung Djati, Bandung.

Namun di balik prestasi tersebut, ada Siti Arum Kumala yang mengalami cedera. Juni, dua bulan sebelum PESONA, kakinya terkilir dan bengkak saat latihan persiapan. Setelah periksa, cedera yang dialaminya ternyata parah hingga ke pinggang.

“Selama latihan pakai matras yang lama. Itu matrasnya keras dan udah lama banget,” papar anggota Cepedi yang kerap disapa Mala saat ditemui ARENA (06/12). Matras tersebut tak hanya keras, warnanya pun sudah luntur dan menempel pada baju yang dikenakan mahasiswa ketika latihan.

Mala bercerita pernah ikut pencak silat di Temanggung. Matras yang digunakan di sana tebalnya 5 cm, berbeda dengan matras yang digunakannya bersama teman-teman Cepedi, yakni hanya 3 cm.

“Kerasa banget pas hentakan,” ujarnya. Matras setebal 3 cm menurut Mala kurang pas, mengingat latihan pencak silat merupakan latihan fisik,”Kalau latihan, ada yang jatuh, ya, jatuh beneran, bantingan beneran. Sakit sampai ada yang memar-memar gitu, dikasi obat atau salep,” terangnya.

Seperti peribahasa “sudah jatuh, tertimpa tangga pula”, Mala cedera lagi ketika mengikuti PESONA I. Tulangnya mengalami dislokasi (pergeseran), menurut keterangan ahli fisioterapi yang diutus UIN sehari setelah kejadian. Cedera tersebut membuatnya tidak bisa berjalan kurang lebih selama dua minggu.

Setelah perlombaan selesai, sepuluh orang yang mewakili UIN, termasuk Mala, melakukan masase, yakni terapi pijat cedera untuk melemaskan otot. Biayanya mencapai Rp200 ribu per orang. Mala mengira akan ada tindak lanjut dari UIN. Namun nyatanya, pihak kampus bergeming mengetahui mahasiswa berprestasinya terbaring sakit; semua biaya perawatannya ditanggung Mala dan teman-temannya sendiri.

“Enggak ada tindak lanjut pengobatan, hanya hari itu saja–sehari setelah kejadian. Kampus enggak tanya gimana kabarnya. Kepeduliannya kurang. Tidak ada anggaran untuk itu,” jelasnya.

Tak hanya matras, menurut Mala ada beberapa barang lain yang perlu diperbarui, yaitu pecing samsak dan body protector. Namun matras menjadi barang yang paling penting untuk keselamatan atlet. Rutinitas latihan fisik berupa banting-membanting, tendangan, dan entakan membutuhkan fasilitas yang layak untuk mengantisipasi hal buruk terjadi. Tiga tahun lalu (2019), UKM Cepedi mengajukan proposal pengadaan barang, yaitu matras baru.

“Kita ajuin udah dari lama karena kita tahu kalau pengadaaan barang di UIN itu susah dan nggak gampang,” terang Inas Raihana, Wakil Ketua UKM Cepedi dalam wawancara ARENA (15/12).

Hilal baru terlihat pada bulan Juni 2022 setelah UKM Cepedi mendesak agar dana lekas turun. Mereka berharap dapat membeli matras baru agar tidak ada lagi atlet yang cedera dalam latihan persiapan PESONA I.

Inas menerangkan kabar awal dana yang akan turun berjumlah 47 juta. Cepedi berencana untuk membeli matras standar internasional tetapi, rencana tersebut menemui aral; beberapa hari kemudian Inas mendapat kabar bahwa dana yang akan turun dipangkas menjadi 45 juta. Tak hanya di jumlah tersebut, dana untuk membeli matras terus dipangkas hingga akhirnya 35 juta. Padahal UKM Cepedi mengajukan 50 juta.

Persoalan pemotongan anggaran dan sulitnya pencairan dana kampus untuk UKM cukup pelik. Inas menyayangkan sikap kampus yang kurang apresiatif. “Kita udah memajukan nama UIN. Masa, iya, kita cuma minta matras, enggak usah barang-barang yang lain, kampus enggak bisa memenuhi?”

Saat kabar pertama jumlah dana akan turun, pihak Cepedi langsung menghubungi toko penyedia matras. Namun lantaran kampus memangkas dana semula, Cepedi akhirnya membatalkan pembelian di toko pertama lalu mencari toko lain.”Kalau cuma 35 juta, itu dapatnya sama kayak matras lama, tebalnya cuma 3 cm dan kualitasnya juga enggak bagus,” jelas Inas.

Keinginan mengajukan pengadaan matras sudah ada sejak 2015. Namun keinginan tersebut dikubur sementara lantaran Cepedi pada saat itu minim prestasi. “Modalnya Cepedi itu, kan, dengan menjual prestasi. Dengan prestasi yang bagus, kita berharap dapat feedback yang bagus juga dari kampus,” tutur Inas. 

Baru pada tahun 2019, UKM pencak silat tersebut menorehkan prestasi semakin banyak. Total kejuaraan yang dimenangkan Cepedi sampai 2022 berjumlah 23 mulai tingkat provinsi hingga nasional. Namun meskipun Cepedi selalu menduduki juara pertama dan kedua, kebutuhan matras layak tak kunjung terpenuhi.

Terkait pengadaan barang, ARENA menemui Zamakhsari, Kepala Bagian Rumah Tangga Biro Administrasi Umum dan Keuangan (19/12). Dia menerangkan, dalam memperbaiki fasilitas, kampus harus menyeleksi dulu kebutuhan apa yang lebih mendesak karena dana kampus yang sedikit dan banyaknya mahasiswa yang meminta penurunan UKT. 

“Mahasiswa juga malah minta UKT-nya dikurangi. Padahal di situ sumber uangnya, di samping dari bisnis atau kerjasama,” ujar Zamakhsari.

Dia melanjutkan,“Sebenarnya UKM itu kita prioritaskan. Namun, kalau kita lihat anggaran UIN berapa, sih? Ini beda dengan UGM 2 triliun, UNY 1 triliun; UIN hanya 165 miliyar. Makanya harus dilihat-lihat lagi, kalau ada jalan jeblok, kalau ada wc mampet harus didahulukan.”

Zamakhsari juga menjelaskan bahwa pihaknya bertugas untuk berbelanja barang yang sudah tercantum dalam RKA-K/L dan yang mengusulkan anggaran belanja adalah Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama. Untuk pengadaan matras UKM Cepedi, menurutnya baru tercantum dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) tahun 2022.

“Kalau susah untuk pengadaan barang itu tidak, tapi memang anggaran kurang,” pungkasnya.

Reporter Maria Al-Zahra | Redaktur Musyarrafah | Ilustrator Nabil Ghazy Hamdun