Home SASTRAPUISI Sajak Arok Buat Dedes

Sajak Arok Buat Dedes

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Oleh: Muhammad Lutfi

Sajak Arok buat Dedes

Aku tunggu tungku orang Mongolia

Sambil mereka tepikan kapal

Di dermaga yang menyambutnya

Dengan sorak gembira

Nyanyikan kidung untuk

Orang-orang lapar darah

Dan ingin taklukan kami

Sebelum semua itu

Kami adalah rakyat kelaparan

Disiksa dengan batang karet

Disuruh bangun candi-candi

Sambil melihat pisang-pisang

Ditarik pedati berkilauan

Arok

Lelaki penuh ambisi masa depan

Pada matanya darah empu mengalir

Bikin aku mati berkarat

Sebab kamu sudah jadi pembunuh

Betapa malang

Dia Kebo Ijo mati dengan sekarat

Ketakutan ditusuk keris pemiliknya

Kita manusia diternakkan kepongahan

Menatap langit dan buah Nangka

Masih menggantung di pucuk-pucuk

Manusia dibenamkan oleh dendam

Siang dan malam adalah keputusasaan

Bagi siapa saja ingin merdeka

Wahai kamu Dedes

Perawan kembang desa

Sekarang jadi janda

Kamu besarkan anakmu

Dengan lara

Kamu dinikahi Arok

Wajahmu kepanggang kematian

Timbulkan bara duka

Bagi Anusapati

Wahai kamu Arok

Orang mana, mau apa

Tujuanmu apa

Aku takt ahu

November 2022

Sajak Gusti Ndoro Bei

Waktu itu aku seperti mimpi

Malam jumat bulan syuro

Yang katanya leluhur kita

Sedang kunjungan nengok anak cucu

Aku dapati diriku

Sendiri di depan rumahku

Sambil menoleh ke kebun rumah

Aku melihat seorang gagah

Berpakaian hitam pekat

Segagah kudanya yang garang

Beringas seperti kuda liar kesurupan

Dia adalah Gusti Ndoro Bei

Gusti Ndoro Bei melirikku

Tajam seperti pisau

Oh…

Kamu kemari, aku mau

Kamu ke sini dan tolong

Kabarkan ke orang-orang

Besok kita berkumpul

Baca-baca sajak sama puisi

Tetapi dia juga taburkan bunga

Wanginya seperti roh gentayangan

Minta nasi sama doa

Dasar aku ini memang bodoh

Semudah itu aku percaya

Pada Gusti Ndoro Bei

Yang katanya suka minum susu

Dia bodohi aku ino

Sambil menatap jam

Aku menepuk jidatku

Malam ini seharusnya aku minum

Obat dahulu

Supaya dianggap waras

Owalah….

Kamu ya, Nak

Rupanya kamu

Kata Gusti Ndoro Bei

November 2022

Sajak Semar Kuning

Kenapa kamu

wajahmu hitam gelap malam

matamu rinai hujan

tanpa henti tumpahi dadaku

tidak biasanya kamu begini

kalau bicara tancap pedal

mulut melumat lidah-lidahku

habis aku omong kosong

mataku kejam pejam

takut sendiri

apa Arjuna sangsi pada kamu

dia lekas hilang kembali

hanya kudanya di mataku

berlari naiki rambut-rambutku

Drupadi bisiki kepadaku

Anaknya buncit kurang nasi

Matahari pun enggan berbagi

Pada kamar sempit

Dupa cermin dia molek sendiri

Jun, Jun

Arjuno katakan padaku

Kalau dia harus makan

Banyak-banyak tidur saja

Supaya gelap jadi terang

Kamu,

Mau saja matamu berperih

Nangis sendiri

Tapa merem sendirian

Hadeh, bingung aku

Kalau jadi kamu aku

Tetap tidur-tiduran juga

Minum kopi item-item

Hiya,

Suara teriakan pacuan kuda

Tali pedati Arjuna

November 2022

Ceng Ohkon

Seorang lelaki janggutnya panjang

Tercincing-cincing jalannya

Sambil bawa tas juga miring-miring

Haiya, haiya

Koe orang tidak punya mata

Oe orang jalan lancang

Mata koe belum dibuka ha

Lelaki yang dituturi itu

Memancang mata sambil

Serius lalu mulutnya bercakap

“kamu siapa, cina darimana?”

Haiya, haiya

Oe orang tak tahu diri

Gue Ceng Ohkon ha

Tetangga koe orang

Kebetulan orang itu pun berkabar

Istri koe main serong

Pergi sama lelaki lain

Naik sepeda ke pancoran

Koe orang diam membatu

Koe punya mata merem melulu

Haiya, haiya

Biarin, dia juga manusia

Gue gak urusin lagi

Koe orang kok bisa tahu

Haiya

Ceng Ohkon emang

Itu orangnya di smaping mata

Jalan terseok bagai sapi

Minta dicambuk macam gerobak

Haiya …..

Koe orang ada benarnya

Ceng Ohkon membuka matanya

Haiya, ternyata itu?

November 2022

Balada Joko Gusur

Lelaki yang kalah itu

Telah menyerah pada keadaan

Dia telah hentikan waktu

Berdiri di depan kaca

Dan berkata kepada dirinya sendiri

Mengapa dia terlahir ke dunia

Kalau hanya jadi orang

Penuh kesengsaraan

Jalanya terseok-seok

Bagaikan bunga layu

Dia duduk tanpa kawan

Wajahnya memucat

Melemas seluruh daya hidupnya

Pikirannya lebih berat dari

Puluhan beban-beban hidup

Rupanya dia sedang jatuh cinta

Pada seorang wanita

Doa berikan bunga jati

Buahnya keras macam isi dadanya

Dia cubit pipinya sendiri

Karena terlemaskan kembali

Dia hunuskan pisau ke dada

Sambil menunggu malaikat

Pencabut nyawa

November 2022

Muhammad Lutfi, S.S. lahir di Pati, tanggal 15 November 1997. Ghaisan Altamis Astrabata Manggala adalah nama pena dari Muhammad Lutfi, S.S. Merupakan anak pertama dari pasangan Slamet Suladi, Spd., Mpd., dan Siti Salamah, Spd. Memiliki satu adik yang dia sayangi, bernama Yasin Fajar Augusta, sedang menyelesaikan studi Pendidikan Matematika di Universitas PGRI Semarang. Sedang melanjutkan kuliah pascasarjana di UNNES. Bidang sarjana sastra Indonesia diselesaikan di UNS. Buku yang pernah ditulis, puisi: Aku dari East City, Taka, Gugat, Mata Sengsara. Cerpen: LORONG, Bunga Dalam Air, Tabula Rasa, Pelaut. Novel: Senja, Bisma Pahlawan Hidup Kembali, Berlayar, Zahra dan Kotak Pandora. Drama: Asuh, Elegi. Buku filsafat: Kakawin Wiradarma, Serat Tri Aji. Bekerja sebagai guru bahasa Indonesia di SMP N 1 Jaken. Bergiat di komunitas Rumput Sastra.

Ilustrator: Surya Puja