Lpmarena.com– Nandur Srawung X menggelar serangkaian program seni dengan mengusung tema Habitat: Loka Carita. Tema itu sebagai usaha mengolaborasikan cerita lokal dengan pertunjukan seni karena interaksi kelompok masyarakat seni dengan masyarakat umum perlu dipererat kembali. Hal itu dijelaskan oleh Rain Rosidi, Kurator Nandur Srawung X dalam konferensi pers Nandur Srawung X yang digelar di Taman Budaya Yogyakarta. (14/8)
Kata Habitat adalah lingkungan tempat hidup organisme atau populasi organisme tertentu. Sementara Loka adalah situs atau tempat yang memiliki narasi kesejarahan tertentu. Sedangkan Carita berasal dari tradisi tutur di masyarakat yang membuat sebuah kebudayaan tumbuh.
Tema Habitat: Loka Carita, menurut Rain, diambil setelah mempertanyakan posisi dan interaksi masyarakat seni terhadap masyarakat umum dan bagaimana aspek lokalitas bisa menghubungkan seni dan masyarakat. Tema ini juga berkaitan dengan tema Nandur Srawung sebelumnya setelah merefleksikan perjalanan satu dasawarsa.
“Habitat: Loka Carita, intinya ingin melihat seni sebagai sebuah kehidupan yang juga menghidupi masyarakatnya maupun senimannya,” jelas Rain.
Kegiatan Nandur Srawung X tidak hanya memfokuskan pada gagasan dan visual karya yang akan dipamerkan, namun juga menawarkan konsep baru dalam presentasi karya. Arsita Pinandita, Kurator Nandur Srawung X yang lain, menerangkan akan ada enam klaster ruang penampilan karya. Masing-masing klaster merepresentasikan nilai-nilai yang diusung Nandur Srawung X antara lain: spiritualitas, teknologi, ekologi, identitas, aktivisme, dan literasi.
Di depan gedung Taman Budaya para pengunjung akan disambut dengan karya seni berupa taman dengan kolam di tengahnya. Di dalam kolam itu dibentuk air terjun.
Arsita menerangkan Taman, kolam dan air terjun itu yang merepresentasikan bahwa mahluk hidup, manusia, atau peradaban dimunculkan melalui perlintasan air. Karya inilah menandakan permulaan dari karya lainnya sebagaimana air menandakan adanya kehidupan setelahnya. Konsep air sebagai kehidupan ini diambil dari isu lokal masyarakat daerah Wonosari, Gunungkidul.
Selain pameran, Nandur Srawung X mencanangkan berbagai program agar bisa mengoptimalkan kolaborasi dengan masyarakat. Di antaranya ada tiga program utama: Nandur Gawe, Nandur Kawruh, dan Srawung Sinau.
Nandur Gawe adalah program residensi seniman di lima titik lokasi di mana seniman akan mendapatkan pengalaman riset, pemahaman warisan budaya, dan kesempatan menciptakan karya seni dengan aspek kelokalan di titik lokasi tersebut. Sedangkan Nandur Kawruh adalah seminar penampilan gagasan dari para kurator, dan Kawruh Sinau adalah lokakarya bagi masyarakat umum bersama praktisi seni secara langsung.
Gelaran Nandur Srawung X akan dimulai dari 15-28 Agustus 2023 di Taman Budaya Yogyakarta. Dipersiapkan lebih dari empat bulan dan dikurasi oleh: Rain Rasidi, Arsita Panindita, Irene Agrivina, Bayu Widodo, dan Sudjud Dartanto.
Gelaran ini diikuti oleh lebih dari tiga ratus partisipan baik individu maupun kelompok, dari seniman senior hingga yang baru memulai, dari seniman lokal, nasional, hingga mancanegara. Dalam pembukaan pameran di tanggal 15 Agustus 2023 akan diserahkan juga penghargaan Lifetime Achievement Award yang diberikan kepada figur yang telah mendedikasikan hidup dan berjasa terhadap perkembangan seni di Indonesia juga Young Rising Artist Award yang diberikan seniman muda yang memiliki potensi dalam karir keseniannya.
Reporter: Fatan Asshidiqie | Redaktur: Maria Al-Zahra