Home ADVERTORIAL MENANTI HANUNG BRAMANTYO MENGALIHWAHANAKAN NOVEL “CINTA TAK PERNAH TEPAT WAKTU”

MENANTI HANUNG BRAMANTYO MENGALIHWAHANAKAN NOVEL “CINTA TAK PERNAH TEPAT WAKTU”

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com–Film yang diadaptasi dari novel selalu menghadapi tantangan, satu di antaranya bakal dibandingkan dengan novelnya. Tantangan semacam inilah yang dihadapi Hanung Bramantyo saat memutuskan menggarap film “Cinta Tak Pernah Tepat Waktu”, adaptasi dari novel karya Puthut EA.

“Namanya novel kalau difilmkan selalu ada pertanyaan, lebih bagus mana novelnya atau filmnya?” tuturnya retoris, dalam acara Syukuran & Cast Reveal film “Cinta Tak Pernah Tepat Waktu” di Akademi Bahagia EA, Ngaglik, Sleman, pada Sabtu (01/12).

Menurut Hanung, memang sebetulnya novel dan film memiliki medium yang berbeda. Novel dengan teks, sementara film melibatkan aspek visual. Sehingga keduanya tidak bisa diperbandingkan secara apa adanya. Masalahnya, kata Hanung, kadang-kadang film bisa gagal mengalihwahanakan novel karena mood yang dibawa film berbeda meskipun ceritanya tampak sama.

Sepengalaman pria lulusan fakultas Film & TV di Institut Kesenian Jakarta tersebut, perbedaan mood film itu terjadi karena campur tangan produser yang terlalu jauh. Biasanya produser sudah memiliki patokan cerita sendiri dari orang lain seperti asistennya, tanpa pernah membaca langsung novelnya. Ditambah, kadang-kadang produser merasa filmnya harus sesuai dengan persepsinya sendiri tentang film. Padahal dia tidak punya pengalaman batin yang terbawa saat membaca novel.

“Kita ingin mendudukkan lagi apa yang disebut producer,” kata Hanung. “Producer itu bukan orang yang punya duit. Producer itu seorang kreator, juga sutradara, budayawan, penulis, dan pembaca literasi yang bagus… Dan mereka yang punya uang, ya investor.”

Sinopsis Film

Berangkat dari novel dengan judul yang sama, film “Cinta Tak Pernah Tepat Waktu” menceritakan gejolak lelaki bernama Daku dalam mencari cinta di hidupnya. Tokoh Daku adalah penulis yang harus dihadapkan pada pilihan untuk segera menikah sebab tuntutan umur dan lingkungan keluarga. Sayangnya, sang kekasih, bernama Nadya, tidak bisa menunggu dan lebih memilih untuk menerima lamaran dari pria lain.

Daku pun bertemu dengan gadis-gadis lain. Salah satunya Sarah, seorang dokter dari Malaysia. Namun, Sarah meninggal dalam kecelakaan pesawat dan membuat Daku larut dalam kesedihan. Seiring berjalannya waktu, Daku bertemu dengan seorang wanita dan bibit cinta pun timbul. Sayangnya wanita tersebut telah memiliki suami dan sekali lagi Daku patah hati. 

Cobaan cinta yang bertubi-tubi membuat Daku mulai ragu, akankah cinta akan datang tepat waktu? Mengapa cinta selalu datang dan pergi tanpa bisa diketahui?

Hanung mengatakan, novel Puthut tersebut “sangat ringan, tapi tidak mengurangi nilai sastranya.” Sesaat setelah selesai membacanya, Hanung sebagai lelaki merasa harus menjadikannya film dan menyebut novel tersebut semacam ensiklopedi laki-laki. Laki-laki, menurut interpretasi Hanung dari novel tersebut, adalah makhluk yang selalu takut terhadap kenyataan yang dihadapinya.

“Kalau pun toh dia berani, atau menunjukkan keberaniannya, perangainya yang kasar, mukul-mukul, itu sebenarnya dia sedang menutupi rasa takutnya,” ungkap Hanung. “Jadi kalau teman-teman semua pingin tahu tentang laki-laki, ya [red: tonton film] ini nih.”

Dengan menghadirkan realitas batin lelaki seperti itu, Hanung berharap film ini dapat membuat perempuan memahami lelakinya secara utuh, lantas tercipta hubungan yang tulus dan harmonis dengan pasangannya.

Sementara itu, Puthut EA, penulis Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, mengaku senang atas rencana Hanung untuk memfilmkan karyanya. Meskipun, menurutnya novel tersebut bukanlah novel yang mudah untuk difilmkan. Sebab banyak berisi monolog dan pikiran-pikiran yang mengalir sendiri dari renungan tokoh “Aku”. Puthut yang mengaku kerap mengikuti pembuatan naskah drama, merasa monolog semacam itu susah divisualkan. Semua adegan mesti didialogkan. Karenanya ia juga penasaran dengan hasil filmnya nanti.

“Nah itu kalau dibikin adegan jadi kayak apa ya? Ya ingin tahu juga jadi filmnya kayak apa ya?” tuturnya di forum yang sama.

Film “Cinta Tak Pernah Tepat Waktu” sendiri bakal diaktori oleh Refal Hady, Nadya Arina, Miran Filza, Carissa Perusset, dan beberapa artis lainnya. Dengan produser Azlin Hilda, film ini dijadwalkan rilis di bioskop pada tahun 2024.

Reporter Mas Ahmad Zamzama N. | Redaktur Selo Rasyd Suyudi | Fotografer Sabrina Zulfiana Rahma