Home BERITA Terobosan Bank Sampah Plumbungan: Kelola Sampah, Sulap Menjadi Barang Bernilai

Terobosan Bank Sampah Plumbungan: Kelola Sampah, Sulap Menjadi Barang Bernilai

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com—Bank sampah di Dusun Plumbungan, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, menciptakan terobosan untuk mengembangkan pengelolaan sampah. Tidak hanya mengumpulkan sampah di Plumbungan, Bank Sampah Plumbungan juga mengubahnya menjadi barang bernilai.

Kuswartini, anggota bank sampah Plumbungan, mengatakan bahwa masyarakat cukup senang dengan adanya bank sampah Plumbungan. Sebabnya, oleh pengurus bank sampah, ia diajari cara menyulap sampah menjadi produk bernilai. Biasanya disosialisasikan ke masyarakat Plumbungan di agenda rapat Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang diadakan sebulan sekali.

“Pernah kita membuat lilin, membuat sabun cuci piring, buat pot, membuat ember tumpuk yang menjadi tampungan sampah-sampah… “ katanya kepada ARENA (27/11).

Mirna Dewi, ketua bank sampah Plumbungan, adalah salah satu orang yang melakukan sosialisasi pengolahan sampah. Mirna mengatakan bahwa ia mulai melakukannya pada masa pandemi. Mulai dari membikin eco enzyme, membuat lilin, sampai sabun. Dari sini kemudian ia kerap dipanggil dinas untuk membicarakan sampah.

“Saya kalau jadi narasumber harus bisa mengubah mindset seseorang. Saya juga masih belajar, belajar, dan belajar,” ungkapnya.

Mirna mencontohkan produk olahan sampah di tempatnya. Jika berupa sampah-sampah buah busuk, maka nantinya dijadikan pupuk tanaman. Sementara sampah-sampah buah yang tidak busuk, seperti kulit buah nanas atau mangga yang jatuh dari pohon, dibuat eco enzyme. Hasil dari eco enzyme ini kemudian diolah menjadi berbagai jenis sabun, seperti sabun cuci, sabun mandi, sampai sabun muka.

Kuswartini menambahkan, berbagai produk bernilai dari sampah yang dihasilkan warga ini tidak hanya mendapat sambutan positif dari masyarakat setempat, tetapi juga membuka peluang tambahan pendapatan.

“Alhamdulillah saya ikut bikin sabun muka, sabun cuci piring, saya jadi tau cara pembuatannya,” kata Kuswartini. “Jadi (produk-produk) ini sudah dijual, alhamdulillah banyak yang cocok. Dan orang yang pernah beli itu pasti beli lagi, karena cocok.”

Sementara itu, menurut Mirna Dewi, tambahan pendapatan dari produk olah sampah hanyalah bonus saja. Baginya, yang lebih penting adalah bagaimana sampah terkelola dengan baik dan lingkungan menjadi bersih.

Salah satu produk olahan Bank Sampah Plumbungan (Amrauzi/ARENA)

Awal Mula Bank Sampah

Mirna sendiri memulai program bank sampahnya pada 2016. Saat itu pemasok sampahnya hanya 1-2 orang saja dalam sepekan. Kadang-kadang malah tidak ada yang menyetorkan sampah. Tapi Mirna punya tekad yang kuat untuk membesarkan bank sampah.

Gimana caranya di tengah kesibukan saya, saya harus memberikan contoh memilah sampah, setiap hari hampir (selalu melakukan) kampanye sampah,” kata Mirna kepada ARENA.

Setelah nasabahnya bertambah, pada 2019 Mirna mencoba ikut lomba bank sampah berkelanjutan, dan ternyata mendapatkan juara 3. Pencapaian ini mengilhami Mirna untuk semakin gigih mengajak masyarakat terlibat dalam program pelatihan bank sampah. Upayanya tidak hanya didasari oleh kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah, tetapi juga sebagai langkah nyata dalam menjaga kesehatan.

Meski demikian, bukan berarti Mirna tak memiliki halangan. Menurutnya, belum semua warga mau menyerahkan sampahnya ke bank sampah.

“Itu semua kesadaran masing-masing. Yang punya lahan kadang memilih membakar sampah, padahal itu mencemari ekosistem, dan pengaruhnya (buruk) terhadap tubuh kita,” tuturnya.

Sampai sekarang, Mirna membawa bank sampah Plumbungan terus berkembang. Tidak hanya sudah memiliki 80-an pemasok sampah, Mirna juga terus mengajak masyarakat untuk mengajak masyarakat mengelola sampah, seperti lewat sosialisasi ibu-ibu PKK yang diikuti Kuswartini.

Reporter Amrauzi (Magang) | Redaktur Mas Ahmad Zamzama N.