Home BERITA Kurangnya Kesiapan Dosen dalam Mengajar Mahasiswa Difabel

Kurangnya Kesiapan Dosen dalam Mengajar Mahasiswa Difabel

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com – UIN Sunan Kalijaga disebut-sebut sebagai kampus inklusif, kampus yang memastikan setiap mahasiswa, termasuk mahasiswa disabilitas, mendapatkan ruang pendidikan yang setara. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, kesiapan dosen dalam mengajar mahasiswa difabel menjadi faktor yang cukup krusial. Sayangnya realitanya beberapa dosen masih dianggap mengalami kesulitan dalam mengajar mahasiswa difabel.

Nabil, seorang mahasiswa tunanetra, menyatakan bahwa belum sepenuhnya dosen memahami bagaimana seharusnya pembelajaran kepada mahasiswa difabel. Bahkan dalam praktiknya dosen sampai meminta bantuan kepada mahasiswa lain untuk menjelaskan materi yang tengah dibahas.

“Dosen beberapa masih ada yang bingung, khususnya bingung dalam memvisualisasikan materi (baca: menjelaskan visual secara lisan, red.) yang tengah dijelaskan,” ungkap mahasiswa semester 3 Pendidikan Agama Islam tersebut kepada ARENA, Jumat (08/11).

Menurutnya, hubungan mahasiswa difabel dengan dosen tergantung bagaimana mahasiswa mengomunikasikan kebutuhannya. Di semester tiga ini, Nabil sendiri merasa gugup ketika berhubungan dengan dosen yang menurutnya baru pertama mengajar mahasiswa tuna netra.

“Kalau saya sih, untuk saat ini, masih agak belum terlalu pede juga,” kata Nabil.

“Ya, soalnya ini kan, UIN kan udah masuk kampus inklusif gitu. Cuman dari aku mikirnya, apakah semua dosen itu tahu bagaimana cara lakukan pembelajaran (kepada mahasiswa difabel)?”

Lala, seorang mahasiswa tunarungu, mengungkapkan bahwa tugas yang diberikan oleh dosen belum tersampaikan secara jelas. Ia harus bertanya dan kadang meminta pemahaman terhadap mahasiswa lainnya.

“Pada awal pembelajaran terdapat misinformasi kepada dosen, karena (dosen) tidak tau bahwa di kelasnya ada mahasiswa difabel,” ujarnya saat diwawancarai ARENA, Minggu (24/12).

Menurut Lala, dalam mengajar mahasiswa difabel, khususnya tuna rungu, dosen sejauh ini hanya mengandalkan pendampingan dari relawan PLD. Ketika relawan PLD tidak dapat mendampingi di kelas, maka dosen cenderung kebingungan.

Jamil Suprihatiningrum, Tim Ahli Pusat Layanan Difabel (PLD), mengungkapkan bahwa sebenarnya kampus telah menyiapkan dosen untuk pengajaran difabel, dengan mengadakan roadshow dan sharing session ke tiap fakultas secara rutin pada awal semester. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran dosen bahwa terdapat mahasiswa difabel di kampus dan memberitahukan bagaimana pembelajaran yang harus dilakukan.

Roadshow ini kita lakukan satu untuk dosen-dosen muda. Jadi yang baru masuk gitu ya, yang belum banyak pengetahuan tentang UIN Sunan Kalijaga ini adalah kampus inklusif,” ujar Jamil kepada ARENA pada Kamis (07/11).

Menurut Jamil, implementasi praktik pembelajaran yang inklusif sudah berjalan dengan baik, karena kesadaran dosen akan adanya mahasiswa difabel sudah “sangat jauh lebih baik daripada yang dulu”.

Lebih jauh, sayangnya tidak ada evaluasi yang secara khusus untuk dosen soal pembelajaran kepada mahasiswa difabel. Selain itu, kebijakan yang secara khusus mengatur pendekatan dosen terhadap mahasiswa difabel juga belum jelas.

“Evaluasi terhadap kinerja dosen itu (cuma) dilakukan oleh kaprodi melalui monitoring, dan mahasiswa dengan pengisian Indeks Kinerja Dosen (IKD). Jadi belum sampai menyentuh ke arah situ,” tuturnya.

Lala sendiri berharap adanya pendamping saat perkuliahan agar mahasiswa difabel tuli tidak merasa berat. Selain itu, pendampingan dapat membantu penyampaian materi dari dosen.

“Ketika relawan tidak hadir, kemudian dosen kebingungan…sebaiknya dosen memberi materi secara tertulis kepada mahasiswa difabel,” usul mahasiswa semester 3 Pendidikan Islam Anak Usia Dini tersebut.

Reporter M. Zilman Nadhif (Magang) | Redaktur Mas Ahmad Zamzama N. | Foto uin-suka.ac.id