Home BERITA Narasi Populis Kunci Kemunduran Demokrasi Era Jokowi

Narasi Populis Kunci Kemunduran Demokrasi Era Jokowi

by lpm_arena
panggung rakyat
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com–Dalam rangka pembukaan Pameran Gerakan Demokrasi 1998-Sekarang, Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) mengadakan diskusi publik dengan tema “Refleksi Gerakan Masyarakat Sipil dalam Perjuangan Rakyat” pada Kamis (08/08). Diskusi dan pameran ini sebagai bentuk pengingat demokrasi hari ini kian mundur, utamanya pada periode pemerintahan Jokowi.

Sana Ulaili, Ketua Badan Eksekutif Solidaritas Perempuan (SP) Kinasih, merefleksikan penyebab lemahnya demokrasi karena demokrasi populis yang dibangun Jokowi. Awal periode pertama menjadi euphoria kemenangan simbolik tentang populisme hadirnya Jokowi. Periode selanjutnya mulai dibangun narasi populis tentang kebaikan pemerintah.

“Demokrasi dimaknai sebatas narasi-narasi populis tentang kebaikan personifikasi, kemudian dibuat seperti sosok Sinterklas. Masyarakat menerima pemberian dan tidak dikembalikan lagi pada yang namanya warga negara yang berhak kritis,” ujar Sana.

Ia melanjutkan pemerintah mencitrakan diri sebagai tokoh yang membawa harapan. Tidak hanya struktur pemerintahan saja yang mengamini narasi-narasi tersebut, beberapa Non Governmental Organization (NGO) yang lebih bersifat netral pun ikut terbawa arus tersebut.

“Sekarang masyarakat sipil hanyalah objek (demokrasi) yang mengikuti arus demokrasi populis yang dibentuk,” papar Sana.

Masyarakat yang seharusnya menjadi bagian dari subjek demokrasi dan dilibatkan dalam pengambilan Keputusan, kini mulai disingkirkan. Tercermin pada beberapa Undang-undang yang disahkan beberapa tahun terakhir seperti; UU Cipta Kerja yang pengesahannya berlangsung sangat singkat.

Pihak oposisi, lanjut Sana, menjadi kebutuhan dan harapan untuk menjaga demokrasi. Oposisi tidak selalu berasal dari partai politik, tapi bisa berasal dari beragam komunitas, NGO dan mahasiswa.

“Maka penting buat kita kemudian mulai lagi memperkuat warga melalui pendidikan kritis. Gerakan-gerakan juga terkonsolidasi antara satu komunitas dengan komunitas yang lain,” jelas Sana.

Melalui Pameran dan diskusi ini Sana menyarankan untuk gerakan masyarakat dengan membuat konter narasi terhadap narasi-narasi populis yang telah disebarluaskan secara masif. Seperti narasi makna demokrasi yang sebenarnya, demokrasi yang mengajak masyarakat dalam pengambilan keputusan, dan mendapatkan kebebasan yang benar-benar mutlak. dikarenakan tidak cukup hanya dengan narasi yang dibuat melalui media-media mainstream. Harus ada proses cek dan balancing yang dilakukan oleh entitas struktur demokrasi.

“Entitas para organisasi masyarakat sipil yaitu NGO, kelompok mahasiswa yaitu dengan melakukan edukasi kritis pada sircelnya.Kita membutuhkan konsolidasi akar rumput yang lebih solid lagi” pungkas Sana.

Reporter Mukhamad Aldi  | Redaktur Maria Al-Zahra  | Foto Tim Dokumentasi LKiS