4.552 mahasiswa yang hadir pada PBAK seolah hanyalah angka, mereka harus—mau tidak mau—memasuki gedung MP yang hanya berkapasitas kurang dari setengahnya. Antusiasme menjadi alasannya, kesehatan dan keselamatan risikonya.
Lpmarena.com–Selasa (20/08) merupakan hari pembuka gelaran Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2024. Hari yang paling tidak kondusif bagi mahasiswa baru, sebab sebanyak 4.552 mahasiswa harus rela berimpit dan berjejal dalam gedung Multi Purpose (MP), gedung yang menurut saluran resmi UIN Sunan Kalijaga hanya dapat menampung 1500—2000 orang untuk standing party, dan 750—2000 orang untuk theater style, yang artinya ada kelebihan kuota maksimum sebesar dua kali lipat.
Karena berimpit tersebut, Hidayah Amanta, mahasiswa baru Fakultas Syariah dan Hukum, merasa kampus sudah teledor dengan menerima banyaknya mahasiswa tapi tidak dibarengi dengan fasilitas yang memadai.
“Seharusnya ya pihak dari kampus ini menerima mahasiswa itu sesuai dengan apa yang ada. Jangan menerima mahasiswa banyak, UKT mahal dan gak sesuai dengan fasilitas yang ada,” keluhnya.
Terlebih bagi dirinya yang mendapat golongan UKT IV di angka 5 juta dengan fasilitas yang seadanya, tidak mengikuti agenda PBAK adalah pilihan yang rasional.
“Daripada gini mendingan tidur di kost, sudah dari jam 6 begitu kan, mas,” imbuhnya.
Hal serupa dialami Taufiq Hidayat, mahasiswa baru Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, turut menyayangkan terkait fasilitas yang diberi. Ia mau tidak mau harus berdesakkan, berimpit dan juga gerah selama acara berlangsung. Demikian membuat dirinya susah untuk fokus pada materi yang diberikan.
“Saya juga gak terlalu fokus tadi menyimak informasinya, karena ndusel-nduselan, sempit, panas. Pastinya kurang fokus,” ungkapnya.
Terkait keluhan ini, Miftahuzzian Farodis selaku Divisi Acara PBAK Universitas memberitahu jika dari pihak panitia sendiri sudah melakukan pemetaan dengan memasang tenda serta videotron di depan gedung, yang dipergunakan bagi 300—400 mahasiswa, sehingga mahasiswa baru tidak berdesakan dan acara tetap kondusif. Juga, ia melanjutkan jika panitia sudah menetapkan serambi, ruang yang terletak di depan MP dan bagian samping agar dikosongkan
Namun, dalam pemantauan ARENA di lapangan, tenda yang seharusnya diisi mahasiswa tersebut terlihat renggang pada pagi hari. Hanya ada puluhan dari ratusan mahasiswa tak terkecuali panitia yang duduk di depan videotron itu, sedang sisanya, menumpuk di bagian serambi, ruang sebelum aula utama. Dan pada siang harinya, hampir sama dengan sebelumnya yaitu puluhan, meski terlihat sedikit lebih banyak.
Menjawab hal tersebut, Farodis beralasan penumpukan terjadi karena antusiasme para peserta yang begitu membludak, sehingga tempat yang tersedia dari panitia di luar Gedung Prof. Amin Abdullah itu tidak ditempati oleh mahasiswa baru.
“Kalo pemetaan dari kami sudah disediakan dari luar, yang videotron sama tenda, aslinya itu untuk 300-400 maba syariah, nah tapi maba itu rewel gak mau di luar, maunya di dalam semua, jadinya ngumpul di dalam, di luar bahkan kosong sampai desak-desakan dan dipaksa-paksain masuk, biar gak nempatin tempat yang di luar begitu,” jelasnya.
Risiko Keselamatan dan Kesehatan
Akibat dari minimnya ruang kapasitas gedung MP yang dimanfaatkan sebagai kegiatan PBAK 2024. Banyak dari mahasiswa baru yang mengalami berbagai gangguan kesehatan. Pasalnya sejumlah peserta mahasiswa baru mengalami masalah kesehatan, seperti sesak nafas, asam lambung, dan asma. Sebagian besar alasannya disebabkan oleh kondisi di dalam ruangan gedung MP yang pengap ditambah harus berdesakan.
Pilus, salah satu anggota Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR PMI), menuturkan bahwa ada yang sampai jatuh sakit berat, ketika dilaporkan mengalami masalah jantung, yang mana membutuhkan perhatian medis lebih lanjut.
“Yang paling parah, kemarin katanya itu ada satu orang (sakit) jantung,” tutur Pilus, Kamis (22/08).
Dalam evaluasi yang dilakukan setelah hari pertama, tercatat beberapa masalah signifikan. Salah satunya adalah ketidakpatuhan terhadap instruksi penempatan yang menyebabkan kerumunan di area-area kritis. Dan banyaknya mahasiswa baru lebih memilih untuk tetap berada di dalam Gedung Multi Purpose (MP) meskipun sudah disediakan tempat di luar.
Lalu, setelah melakukan evaluasi terkait kondisi ini dan menyadari bahwa banyak mahasiswa yang ingin berada di dalam meskipun kondisi penuh sesak. Di jam kedua akhirnya panitia beserta KSR PMI mengkondisikan mahasiswa baru agar tetap ada yang di luar. Akan tetapi nyatanya setelah evaluasi, bagian luar gedung dialih gunakan untuk mahasiswa yang kurang sehat.
“Kemarin tuh karena buru-buru masuk, yang (menggunakan) pita itu harusnya di belakang, tapi malah jadi campur sama yang lain Itu bener-bener masalah, karena kemarin ada yang penyakitnya tuh kayak jantungan Itu malah di tengah-tengah (gedung),” tuturnya.
Haddat Alwi, Ketua KSR PMI, berkomentar bahwa penting penempatan, tata letak, serta pengkondisian massa yang ideal dalam sebuah acara. Hal tersebut tidak boleh diabaikan, sebab itu menyangkut keselamatan dan kesehatan. Menurutnya tata letak atau pemetaan acara harus mempertimbangkan jalur evakuasi yang jelas dan mudah diakses, agar jika terjadi hal yang tidak diinginkan, evakuasi dapat dilakukan dengan lebih efektif.
Sedangkan, ia melihat bagian tengah gedung sesak, tidak ada jalur yang membelah di antara kerumunan mahasiswa menjadi masalah besar jika sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat. Mestinya ada jalur evakuasi yang dikhususkan untuk memisahkan massa dan memfasilitasi evakuasi cepat. Namun, hal ini belum sepenuhnya terealisasikan, penting untuk memastikan adanya evaluasi dan perbaikan dalam penataan ruang agar lebih aman dan nyaman.
Ia juga mengomentari soal keberadaan alat pemadam kebakaran (APAR) dan jalur evakuasi yang seharusnya menjadi hal yang wajib di setiap gedung, akan tetapi tidak terlihat di area yang semestinya. Ia menambahkan tidak adanya informasi mengenai safety briefing menambah runyam masalah ini.
Baginya, safety briefing adalah wajib, sebab mencakup perkenalan posisi ruangan, potensi bencana, dan prosedur evakuasi pada acara.
“Safety briefing itu, penting banget harusnya. kemudian, alur evakuasi. Ya, safety briefing itu alur evakuasi ya. Ketika terjadi bencana, harus kemana aja jalurnya. Itu daruratnya di mana, dari semuanya. Itu titik kumpulnya di mana,” jelasnya sewaktu ditemui ARENA pada Selasa (20/08).
Dari Tahun ke Tahun
“Kita tidak boleh mengorbankan mahasiswa hanya untuk PBAK. Itu prinsipnya,” tegas Ahmad Salehudin selaku Ketua Dosen PBAK 2024, ketika ditemui ARENA (28/08).
Salehudin tidak menampik adanya kelebihan kapasitas dalam menggunakan gedung Multi Purpose (MP). Tapi, ia juga kebingungan dengan tempat ideal PBAK berlangsung.
Pernah ada opsi untuk menggelar acara di Stadion Mandala ataupun Kridosono, tetapi jelas bukan solusi terbaik, akan sangat sulit untuk memobilisasi ribuan mahasiswa ke tempat yang jaraknya tidak bisa dikatakan dekat. Sedangkan membangun gedung baru dan memperluas kampus muskil dilakukan. Jika pun memungkinkan, menurutnya, pastilah di kampus baru, Pajangan, yang tengah dicanangkan.
Salehudin melanjutkan, dari tahun ke tahun evaluasi pasti dilakukan. Dengan kehadiran videotron yang memungkinkan mahasiswa dapat ditempatkan di luar adalah di antaranya. Sebab, untuk dapat memasukkan semua mahasiswa ke dalam MP adalah mustahil dan hanya akan berdampak pada keselamatan semua orang.
Kemudian, ia menjelaskan yang dapat dilakukan adalah mitigasi. Di tiap fakultas dibarengi dengan beberapa orang dari KSR PMI, serta menyediakan ruangan kosong untuk ditempati bagi mahasiswa yang tidak sehat. Dan juga membuat peraturan bahwa di lantai atas MP, mahasiswa tidak diperbolehkan melompat-lompat.
Mahasiswa juga tidak diperbolehkan membawa kendaraan bermotor, karena tahun sebelumnya yang menjadi masalah utama adalah parkir. Ia menceritakan banyak dari warga mengeluhkan tempatnya dijadikan para mahasiswa untuk menyimpan kendaraan.
“Makanya yang paling bisa kita lakukan adalah tetap di sini dengan melakukan rekayasa,” jelasnya.
Reporter Khirza Zubadil, Bachtiar Yusuf | Redaktur Selo Rasyd Suyudi