Home BERITA Pentas “DIMINISHED”, Teater Eska Soroti Sikap Pesimistis

Pentas “DIMINISHED”, Teater Eska Soroti Sikap Pesimistis

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com— Dalam rangka menyambut penerimaan anggota baru, Teater Eska menggelar pertunjukan dengan tajuk “DIMINISHED” di Gelanggang Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada Jumat (22/10). Ahmad Wildan Dzulhaq, sutradara pertunjukan, menjelaskan sikap pesimis yang sering dialami khalayak menjadi tema dasar dalam pertunjukan ini.

Menurut Dzulhaq, tema diminished berangkat dari salah satu chord musik yang terdiri dari tiga minor. Maka melalui pentas ini, ia mencoba memberikan pesan kepada penonton bahwa kekurangan tidak harus menjadikan dirinya pesimis. Namun, kekurangan tersebut apabila disadari dan diasah dapat menciptakan suatu keindahan.

“Di musik itu ada namanya chord diminished. Itu biasanya menjadi chord jembatan. Nah, chord jembatan itu untuk membuat melodi lebih indah seperti itu,” ujarnya.

Ia juga memaparkan bahwa rasa pesimis muncul akibat masifnya arus informasi yang disuguhkan. Pasalnya di zaman mutakhir yang serba cepat ini, arus informasi begitu melimpah dan mudah didapatkan setiap harinya. 

Melansir artikel dari  Kompas.id bahwa satu sisi masyarakat diuntungkan dengan masifnya informasi yang beredar secara cepat, murah, dan mudah diperoleh. Namun pada sisi yang lain memunculkan dampak negatif seperti informasi bohong atau hoaks, dan segregasi sosial yang dapat merusak mental masyarakat.

“kita ambil dari keresahan bersama yakni pesimisme. Kita di zaman yang serba cepat ini, informasi dengan cepatnya membludak di kita menyebabkan kita seperti itu (pesimis, Red.),” jelasnya.

Senada dengan itu, Imam Muzaki Mahfud, penonton pertunjukan, turut sadar akan nilai filosofis pada narasi yang dibawakan. Ia menuturkan bahwa isu yang dibawakan dalam pentas lebih mudah dicerna dan dipahami karena relevan dengan konteks hari ini.

Menurutnya, yang menarik dari pertunjukan ini  adalah menyoal pesimisme dan keegoisan. Pasalnya, ketidakpuasan merupakan realitas yang sering dialami manusia. Ia menyatakan bahwa ketidakpuasan berlebih akan menjerumuskan hidup manusia.

“Dengan latar bertema chord musik, yang melambangkan perbedaan dan ketidaksempurnaan, tetapi mampu menciptakan sebuah keselarasan dan keindahan. Namun, seringkali manusia terlena sehingga lupa ke arah yang mereka tuju,” ujarnya.

Namun, di balik terselenggaranya pertunjukan ini, Dzulhaq menceritakan ada beberapa kesulitan yang dihadapi. Ia menyebutkan kesulitannya seperti penyampaian wacana dan penjiwaan tokoh dalam naskah tersebut. Hal itu karena dasar dari pementasan ini adalah aliran surealisme dengan unsur semangat profetik.

Reporter Hanif M. Fawwaz (magang) | Redaktur Ridwan Maulana