Lpmarena.com—Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Sunan Kalijaga, kecewa terhadap minimnya fasilitas yang ada di fakultasnya. Alfan Huda Maulidi, mahasiswa FITK angkatan 2022, mempertanyakan mengapa permasalahan fasilitas ini tak kunjung menjadi perhatian dari fakultas.
Alfan mengungkapkan, di setiap kelas mahasiswa terpaksa menggunakan tongkat yang disediakan sebagai pengganti remote control untuk proyektor. Bahkan jika proyektor di kelas tidak bisa digunakan, dosen akan membawanya sendiri. Alfan menceritakan, seperti saat akan memulai kelas, pembelajaran akan tertunda dulu untuk membenahi proyektor yang bermasalah.
Selain itu juga, tambah Alfan, terdapat pula beberapa kelas dengan jumlah kursi yang kurang, bangku-bangku yang tak layak dipakai, pintu rusak yang harus dibuka atau ditutup dengan pelan-pelan, lantai yang terkelupas, dan macam keluhan lainnya.
“Ada beberapa AC yang mati, ada tanpa AC malah menggunakan kipas, dan saat cuaca panas pun itu kipas bukan mengeluarkan angin dingin, tapi angin panas,” ujar Alfan.
Alfan mengungkapkan, selama dua tahun ia berkuliah hanya ada perbaikan-perbaikan kecil saja, seperti cat ulang dinding ataupun perbaikan AC yang sudah benar-benar tidak berfungsi. Ia juga mengherankan akreditasi tinggi yang didapat oleh fakultas atau program studi, tapi fasilitasnya seadanya.
Senada dengan hal itu, Muhammad Ainur Ropik, mahasiswa FITK, juga mengeluhkan hal yang sama, utamanya permasalahan AC. Di saat kondisi cuaca yang panas, keberadaan AC tidak cukup mengurangi hawa panas dalam ruangan. Hal ini menyebabkan mahasiswa kurang fokus dalam menerima materi yang disampaikan karena sibuk mendinginkan badan.
“Tidak ditanya saja tentu jawabannya sangat terganggu dengan efektivitas pembelajaran kita selama di kelas,” ungkap Ropik.
Menanggapi hal tersebut, Ibrahim, Wakil Dekan II Bidang Keuangan FITK, justru mengatakan untuk tidak perlu mengkhawatirkan ketersediaan fasilitas di FITK. Pada periode tahun 2025-2028 ini kebijakan pimpinan fakultas akan lebih berfokus pada masalah fasilitas.
Ibrahim mengungkapkan, meskipun Rancangan Anggaran Biaya (RAB) pada tahun 2025 sudah selesai dibuat oleh dekan lama, RAB dapat direvisi untuk difokuskan pada perbaikan fasilitas. Kepemimpinan fakultas yang baru berencana akan menciptakan sesuatu yang dapat terlihat dan terasa langsung, berupa kenyamanan dan pemenuhan fasilitas.
“Doanya saja, di 2025 sedang menyisir anggaran-anggaran yang bisa dialihkan ke pemenuhan fasilitas,” pungkas Ibrahim.
Reporter Miftahul Khoir (magang) | Redaksi Ghulam Ribath