Oleh: Maftuhah Hamid*
Mau bahas apa kita…
Lpmarena.com- Aduh, bahas ARENA… Kronik zaman kepungkur yang masih nyelilit di tulang punggung. Agak males sebenarnya nulis ini, karena gak bisa minta bantuan Chat GPT atau Meta AI. Pasti mesin itu minta ampun karena tak tahu informasinya. Jangankan AI, nama saya di Arena mungkin tak bersisa di serpihan core Arena .
Adik-adik mahasiswa sekalian, kru Arena yang sekarang mungkin diisi oleh para Gen Z. Suka baca gak kalian? Kalau suka baca, saya terusin tulisan saya.
Mengapa saya bertanya demikian? Karena itu pertanyaan mendasar, list utama saat interview kru baru Arena. Masih relevankah saat ini? Iqro’! itu wajib.
Pertanyaan berikutnya adalah buku apa yang berpengaruh besar buat kamu? Kalau pertanyaan ini saya ingat dari PU Arena Angkatan 2000, MN Salim yang interview saya. Kisi-kisi interview masuk Arena dari masa ke masa gak jauh beda, seperti pertanyaan tentang tokoh idola, motivasi, dll. Giliran saya mewawancarai, ada yang menjawab tokoh idolanya adalah Ririn Dwi Ariyanti, pemeran Cinta dalam sebuah serial, agak aneh di tengah gagahnya mahasiswa yang sedang hangat-hangatnya mengagumi tokoh-tokoh nasional dan heroik.
Saya bergabung dengan Arena pada semester III tahun 2003, lolos bersama 12 personil, 2 orang di antara adalah perempuan, dan saya salah satunya. Sejak awal menjadi mahasiswa baru (semester I) saya sudah ingin mendaftar. Namun, saya tidak menemukan stand Arena berjejer di depan tangga demokrasi bersama stand-stand UKM lainnya. Mungkin saat itu yang jaga lagi mogok atau saking minimnya kru. Karena biasanya saat ospek, atau awal ajaran baru kru Arena disibukkan dengan penerbitan buletin harian. Siang liputan, malam editing, layout dan paginya difotokopi lalu disebar. Kalau tidak, mungkin mereka turun aksi atau sibuk menata jadwal kondangan ke Wanitatama.

(Arsip 2001)
Masuk sebagai Desainer Grafis karena itu kemampuan yang saya miliki. Di bidang yang sama, ada dua senior; Faishol Hamzah dan Ali Ahmad Hamdani, long time not see them, semoga sehat dan panjang umur. Seorang design grafis harus siap diajak kerja di luar jam normal, apalagi saat itu buletin cetak Arena atau SLiLiT sangat produktif. Tidak ada batasan waktu untuk ada di kampus. Saya mengalami penerbitan SLiLiT harian, yaitu saat ospek, magang, masa aksi, Pemilwa dan saat gabut meskipun hanya 4-8 halaman. Khawatir harian KR atau koran harian lainnya kalah saing. Sempat saya drop di kantor karena kurang istirahat. Regulasi SLiLiT kemudian kembali 1 mingguan, lalu terbit 2 mingguan dengan perwajahan yang baru yang lebih elegan, cetakan offset bukan mesin fotokopi. Dengan rubrik yang beragam, tulisan yang tajam, kritis, nyelekit dan menggigit. Tak jarang banyak yang dibuat baper gara-gara SLiLiT.
Selain terlibat di penerbitan, saya sempat menjadi pengurus sebagai Wakil Pemimpin Umum, kadang bisa juga sebagai Sekretaris Umum, bendahara, Pemimpin Produksi, dalam sekali waktu tergantung situasi dan kondisinya. Saya sangat fleksibel. Saking fleksibelnya, hingga 60-70% dari waktu saya selama menjadi mahasiswa habis di Arena.
Kapan masuk kuliahnya? Yaitu ketika aman, aman dari tugas, gak ada PR. Padahal jurusan yang saya ambil tidak pernah melewatkan yang namanya PR. Saya kuliah jurusan Pendidikan Matematika, masuk di Fakultas Tarbiyah dan lulus di Fakultas Sain & Teknologi. Saya mengalami masa penuh konversi di kampus, terbesar adalah konversi IAIN ke UIN, tahun 2004. Perpindahan-perpindahan kantor, dari kantor yang dulu bisa ditinggali mahasiswa, yang kini terlebur. Sempat ngungsi sementara di Kos Wisma Bur Papringan, karena tertimpa gempa dan kami harus selesaikan Majalah ‘Jejak Tanah Kolonial’. Kemudian pindah menempati Student Center yang di pojok, luas, di lantai I. Ya, saya hafal posisi itu, karena posisi strategis itu saya yang pilih dan menentukannya saat rapat bersama rektorat.
Saya menjadi Wakil Pemimpin Umum periode 2003/2004, belum genap setahun sebagai kru Arena, mendampingi Pemimpin Umum, Nur Izzah Millati, PU perempuan pertama dan Fathul Qorib sebagai Pemimpin Redaksi. Kami terpilih dalam RTA di … (lupa), RTA yang sudah di-starter. Ups!
Di tengah situasi kampus yang penuh gejolak, seperti yang saya sebut di atas, yaitu masa-masa perubahan. Sering terjadi kisruh vertikal antara mahasiswa dan rektorat, bahkan konflik horizontal seperti buntut Pemilwa. Baca saja ‘Catatan kronologi Buntut Pemilwa 2004’, semoga catatan itu masih ada. Karena kalau saya yang cerita jadi subjektif. Dinamika itu jadi bagian kisah selama kami ada di Arena. Tidak semua mahasiswa memiliki kisah yang sama dalam melihat situasi kampus saat itu. Sebagai kru Arena kami punya kisah yang kompleks dan kepekaan terhadap apa yang terjadi.

(Arsip 2004)
Saya dijuluki sebagai bank data, bagi kawan-kawan. Karena posisi saya yang mengurusi kearsipan dan dokumen milik Arena. Entah berapa kali komputer Arena mengalami kerusakan yang disebabkan oleh banyak faktor: faktor banyak tangan, virus dan SDM. Karena itu, saya tidak hanya merawat tapi juga pernah memproteksi komputer Arena dengan memberi password, namun ada kawan-kawan yang marah. Marah besar karena tidak bisa mengerjakan tugas kuliahnya.
Bagaimanapun komputer adalah mesin utama kerja kita, jika inventaris ini rusak maka tidak banyak yang bisa kita perbuat. Banyak data yang hilang, sehingga untuk antisipasi saya harus membackup ke CD, sebelum adanya flashdisk. Hingga saat ini, banyak kawan-kawan yang masih tanyakan soal data ke saya, baik foto maupun file. Ini saya share semua dan pernah saya upload di media sosial atau WA Grup Arena, tapi saya sudah tidak bergabung lagi.
Teman Arena, bukan saja sesama anggota melalui perekrutan secara resmi oleh Arena. Tapi, ada pula yang hadir sebagai anggota kultural di Arena. Sering datang ke kantor Arena, nongkrong bareng, bahkan ada yang jiwanya melebihi kru Arena sesungguhnya. Militansi kru Arena belum teruji kalau belum ikut kondangan ke Wanitatama, ada batik keramat di loker kantor yang selalu dipakai kawan Qorib untuk kondangan. Biasanya hari Sabtu atau Minggu, lihat dari perempatan ada janur melengkung di sebelah barat kampus, sudah pasti ada acara nikahan.
Saya pernah ‘dipaksa’ kawan Edwin untuk ikutan kondangan dengan salah kostum, pakai kaos, berikutnya bareng kawan Qorib. Tapi cukup itu, khawatir jadi kebiasaan. Memoar seru lainnya, adalah makan di angkringan pojok Ushuludin, gedung dulu ya…. Jangan bayangkan seperti kantin sekarang. Hanya yang paham suasana saat itu yang ingat sambil senyum-senyum. Sebab saya kalah main poker, disuruh traktir kakak-kakak di sana.
Kantor Arena tak pernah sepi dan rapi. Rapi itu sungguh keadaan yang langka. Justru kalau rapi mereka tambah betah, dan sekejab kerapian itu pudar. Anggota Arena yang tak punya mental kuat, apalagi ia pemalu, secara perlahan ia terkikis kena seleksi alam. Angkatan saya, 12 orang tidak semua aktif, namun tetap solid dan hadir dalam agenda-agenda tertentu. Periode sebelumnya malah hanya, 4 orang (3 putra, 1 putri), benar-benar seperti seleksi karyawan masuk perusahaan bergengsi. Setelah periode saya, kami berhasil merekrut keanggotaan yang lebih masif.
Bicara kru Arena saat itu sekitar periode kami, banyak di antara kami yang akhirnya mengawali karir di jalur jurnalistik atau jalur Arena dibanding jalur akademik. Saya, dengan pengalaman yang saya miliki dengan portofolio SLiLiT & Majalah Arena dan belum lulus kuliah, saya bisa diterima sebagai karyawan Penerbit Buku Galangpress di Yogyakarta hingga 7 tahun, Freelancer layouter Indonesia Terra, Editor Penerbit Obor, editor Mizan Group dan penulis buku. Belum lagi diundang sebagai pengisi acara pelatihan-pelatihan jurnalistik, dan sebagainya. Teman-teman lain, seperti Mas Addi M.I., Mas Yaya, Mas Aziz, Khilma Anis, dan lain-lain.

(Reuni Akbar tahun Arena 1975-2011)
Wes gak rugi kamu gabung Arena. Sudah pasti happy ending. Kalau ternyata kamu temen. Setiap masa punya masa kejayaannya sendiri. Jika kamu hanya mengetahui Arena saat ini, berarti kamu belum mengetahui apa-apa. belajarlah lebih banyak untuk menggali lebih dalam tentang Arena. Arena bukan sekedar tentang menulis, meliput, dan dunia kampus, tetapi juga pengalaman bersama orang-orang yang meninggalkan jejak di kehidupan kita. Dijamin manis akhirnya.
Cukup ya…. Anggap ini sebagai sesi perkenalan saja. Tiga hingga empat tahun aktif di Arena memang terlalu singkat untuk ditulis seperti ini. Banyak histori, roman dan kisah yang belum saya bahas, bisa jadi masterpiece kalau semua dituliskan.
Next time we go!
Btw, kapan ada reuni Akbar ARENA? Terakhir saya mengurus Reuni Akbar tahun (1975-2011) dan itu satu-satunya Reuni yang saya hadiri. Setelah itu tiada lagi…
*Wakil Pemimpin Umum periode 2003/2004 | Foto Arsip Arena