Home BERITA KRS UIN SUKA 2025: Sistem Baru, Masalah Lama

KRS UIN SUKA 2025: Sistem Baru, Masalah Lama

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com— Pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga semester genap tahun ajaran 2024/2025, yang berlangsung pada 20-24 Januari, kembali menuai keluhan dari mahasiswa. Kebijakan baru yang memungkinkan seluruh mahasiswa mengakses website KRS secara serentak justru memicu berbagai permasalahan teknis, mulai dari situs yang error hingga keterlambatan input jadwal.

Fatiha Ainunnaim, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA), mengaku kesulitan dalam proses pengisian KRS. Menurutnya, kebijakan pengisian KRS secara serentak tidak efektif karena kapasitas server yang tidak optimal. Jika berkaca dari semester sebelumnya. Meski pengisian KRS telah terjadwal perfakultas, tetapi portal website yang dimiliki UIN masih mengalami error.

“Aku ngisinya di hari kedua sama hari ketiga, karena hari pertama nggak bisa-bisa. Tapi mata kuliahnya malah munculnya satu per satu. Jadi, mata kuliah ini dulu yang keluar, habis itu nyusul, dan waktu kita pilih mata kuliah yang mau diisi, malah ditolak terus,” ungkapnya pada ARENA, Senin (22/1).

Keluhan serupa disampaikan Alfiyah Dhiya, mahasiswa semester enam jurusan Ilmu Komunikasi. Ia menyayangkan respon admisi kampus yang dinilai tidak memberikan solusi konkret. Bahkan pihak PTIPD baru menangani permasalahan ini setelah mendapatkan banyak aduan dari mahasiswa.

Selain itu, menurutnya langkah inovasi yang diambil PTIPD tidak lebih baik dari sistem sebelumnya. pembagian jadwal per fakultas yang dilakukan pada hari ketiga menunjukkan keputusan panik yang seharusnya sudah dipertimbangkan sejak awal.

“Balasan dari admisi UIN itu bukan solusi sih, tapi cuma kalimat penenang. Biar kita enggak panik dan darah tinggi. Jadi kurang efektif,” ujar Alfiyah saat diwawancarai via WhatsApp pada Minggu (21/1).

Menanggapi hal itu, Ketua Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (PTIPD), Siti Mutmainah, mengakui adanya kendala dalam sistem KRS. Ia menjelaskan bahwa beban berat pada database menjadi penyebab website KRS tidak dapat diakses secara optimal. Pasalnya data-data yang diinput dalam database sudah menumpuk dari tahun 2012 sampai sekarang. 

Masalah serupa sebenarnya sudah terjadi pada semester sebelumnya. Namun, alih-alih memperbaiki manajemen akses, PTIPD justru membuka akses kepada seluruh mahasiswa secara bersamaan dengan menggunakan teknologi baru bernama load balancer yang dirancang untuk menyalurkan lalu lintas internet ke beberapa server agar beban tidak bertumpu pada satu server.

”kita ga tahu bayangan sebesar itu user yang akses, tapi prediksi awalnya itu bisa ke handle, kita pede banget karena sudah ada load balancer. Tapi ternyata kacau,” tambahnya saat diwawancarai ARENA di kantor PTIPD (22/1).

Sebagai respons terhadap kekacauan tersebut, PTIPD memutuskan untuk membagi jadwal pengisian KRS per fakultas pada hari ketiga dan keempat. Namun, langkah ini dilakukan tanpa antisipasi sejak awal. Selain itu, teknologi terbaru yang digunakan tidak melalui uji kelayakan sehingga masalah serupa kembali terjadi.

“Kalau sudah implementasi baru tahu masalahnya. Kalau uji coba single input oke-oke saja, karena tidak ada hambatan dari yang lain,” pungkasnya.

Reporter Wilda Khairunnisa | Redaktur Ridwan Maulana