LABIRIN LEBARAN
“aku pulang, sayang.”
“iya, kamu hati hati, ya, pulangnya.”
“baik, sayang. terima kasih atas doanya.”
“semoga orang tuamu juga tak enggan
menanti pulangku, lahir dan batin.”
“iya, sayang. aamiin…”
1445 H
–
YANG LAIN DARI “MALAM LEBARAN”
barangkali, bagi sitor:
“bulan di atas kuburan”
sementara, bagiku:
“bingkai kangen bedug-takbir
bersahutan—antar lelanggar
& kenangan kampung halaman”
aku kini lupa pada halaman berapa
aku sisipkan kangen kampung & kenangan
yang teringat hanyalah kuburan tanpa bulan
yang terpampang hanyalah rerumputan
di atasnya—melekat ia
& gerhana
melenyapkannya
tanpa sisa
sitor & aku
sama-sama merapal
puisi & doa
mereka
gemar menyebutnya
: mantra
1442-1444 H
–
DI MALAM LEBARAN
jogja diguyur rerintik hujan
panggilan video datang dari kawan-kawan
takbir takbir dari mesjid berkumandang
membikin orkestrasi genangan dan kenangan
masa kecil bersahutan saling mengisi ruang
– tapi dimana ibu dan bapak
saudari dan sanak famili
juga tetangga dan
beberapa pertanyaan basabasi?
seekor ikan bisa saja berenang menuju kedalaman
namun beberapa bisa jadi mengambang ke permukaan
– kaukah salah satunya,
           jika bukan satu satunya?
1443 H
–
BIAS INSTAGRAM & MAAF MAAFAN
hujan turun tiba tiba,
listrik kampus timur padam,
kilat-petir-guntur bergemuruh
datang dari seberang
naskah mati kemudian,
teks-teks menggali kuburnya
masing masing
pencerita menghidupkannya
dengan gawai di tangan
cerita instagram siap disajikan
isinya: selamat hari lebaran
minal ‘aidin wal faizin
mohon maaf lahir dan batin
1443 H
–
LEBARAN;
di Indonesia,
anak-anak sengaja menikmati hujan
petasan sewaktu malam lebaran.
di Palestina,
roket roket tengah diluncurkan dan
mereka menikmatinya tanpa pilihan.
“semoga diberikan keselamatan!”
1442 H
–
MAY DAY TAHUNAN & LARANGAN MUDIK LEBARAN
alerta! alerta!
proletar serempak
satu tarikan napas
– kompak
berkas dan proposal diarak sampai di depan gerbang surga
ternyata departemen surga tidak sedang open recruitment
manajer tengah sibuk bagi bagi takjil gratis dan santunan
tuan membenarkan asal larangan mudik tetap digalakan
“patuhi undang-undang dan protokol kesehatan!”
alerta! alerta!
proletar masih serempak
satu tarikan napas
– mokat
1442 H
–
Khuluqul Karim, pemuda kelahiran Gresik yang mukim di Yogyakarta. Nyantri di Sanggar Teater Eska dan sedang belajar berjalan bersama Ruang Makmal. Sedang menyelesaikan studinya di jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beberapa karya sastranya termuat dalam buku kumpulan puisi “Bunga Waktu” (2023) dan antologi sastra “Kearifan Lokal, Kreativitas Sastra” (2024).
Ilustrator Iqbal Farraz | Editor Ridwan Maulana