Istriku Keningnya Kepanasan
Bagi pemuda yang dilahirkan telanjang jiwa raga.
Mencintaimu adalah pelajaran membaca gejala.
Mengais, mengingat dan mengeja perasaan pelan-pelan
pada sepanjang perilaku dan ucapanmu,
Juga pada sepanjang jalan dan ingatanku.
Minggu ini kulihat dirimu dipenuhi manik-manik ketabahan,
Menungguku yang terus terbakar kedzoliman penguasa,
Kau di rumah, bersama calon jabang bayi kita.
Istriku.
Maafkan aku yang terus ngesa resahmu,
Membuat keningmu panas semalaman,
sebab tak bisa tidur menungguku pulang.
Tapi istriku, tabahlah, tabahlah, tabahlah,
tabahlah sedikit lagi.
Setidaknya sampai pemerintah, polisi, dan tentara kelabakan,
Lalu doakan aku dan teman-temanmu yang membakar kota dan turun ke jalan-jalan itu,
Sebab kalau kita terus mingkem, dan manut melulu,
Kalau kita tak lakukan sesuatu,
Masa depan apa yang kita berikan ke anak kita itu?
Apa kau bisa membayangkan kengerian itu istriku.
Magelang, 2025
–
Dahulu Sekali, Sebelum Kita Bicara Soal Matematika
Dahulu sekali, sebelum semua ini terjadi,
sebelum kita bicara soal matematika,
sebelum kita bicara 1 + 1 sama dengan kita,
Sebelum kita terperangkap ke dalam hati masing-masing,
Kita pernah mengikat janji,
Lewat mata yang saling bicara.
Aku pernah memboncengmu dengan hondaku,
Di antara ancaman, tentara, preman, dan polisi,
Kita bertamasya ke sebuah desa yang dijadikan proyek bandara,
Bersama masa aksi di sana
Aku dan kau bersanding melawan proyek sialan itu
Kita berdua melebur,
semua bergandengan tangan bikin barikade,
Setelah itu kita menulis nama kita pada batang , dan dahan pohon yang tergeletak tertebang dari tanah gusuran.
Sehari sebelum kita menulis nama itu,
Aku melihat kepalamu jadi kembang api,
Ketika kau dapati beberapa temanmu dipentung, dipopor, dan ditangkap polisi.
Mulutmu meledak memercikan bunga bunga api yang biasa ku lihat ketika perayaan malam tahun baru.
Bersama teman teman kita habiskan malam di posko darurat perampasan lahan ,
Minum teh, arak dan juga kopi,
Mengingat ibu,
Memakan gorengan dan juga ubi,
menenggak sepi,
menelan takut,
Memasak nyali,
mengunyah api.
Magelang, 2025
–
Resep masakan bergizi Untuk Program Presiden
Yang utama adalah
Siapkan daftar belanja pejabat negara,
Goreng dana APBN hingga kebagian semua,
Masak hutang negara hingga mengembang, dan menyembul ke pori ke pori rakyat.
Siapkan lapangan pekerjaan yang luas dan kosong, dan tidak ada,
Lalu jemur para pengangguran hingga mengering,
Rebus batu kemiskinan hingga tak bisa lagi putus asa, hingga tak lagi bisa merasa,
Siapkan kaki kaki lelaki liar,
Siapkan ibu ibu hamil,
Siapkan bayi bayi stunting
yang tak terhingga jumlahnya,
Iris kecil kecil balita balita pengidap busung lapar itu,
Lalu aduk dengan isu isu lain hingga tercampur, lembut, dan hilang.
Panaskan mentega media arus utama dengan berita koruptor licin,
Kurangi kadar kecerdasan satu sampai empat abad generasi,
Jadikan bayi bayi itu tentara yang siap membela tanah air
Yang tak pernah mereka punya.
Rebus pajak tinggi hingga rakyat mendidih,
Ganti beras dengan abu, tahu dengan bebal, tempe dengan kere, susu dengan oli, sayur dengan petani mati,
ganti daging sapi, dengan daging kambing, ganti daging kambing dengan daging ayam, ganti daging ayam dengan daging ikan, ganti daging ikan dengan daging cumi, ganti daging cumi, dengan daging gurita, ganti daging gurita dengan dengan derita dengan derita dengan derita.
Magelang, 2025
–
Menarilah Dengan Liar
Menarilah, menarilah, menarilah.
Menarilah dengan liar,
Seliar tubuh tubuh sepi yang rindu keriuhan,
Pikiran-pikiran riuh yang rindu kesunyian,
Menarilah, memberontaklah,
Menarilah memberontaklah kau kesunyian,
kesunyian kesunyian yang lama tertimbun oleh keriuhan,
Hati yang lama menyimpan api,
Hati yang lama mengigil kedinginan,
aduan-aduan yang menumpuk diperaduan,
Nyanyikanlah, memberontaklah,
kau keluhan-keluhan, umpatan umpatan, doa doa, suluk, mantra-mantra,
Dan suara suara kebenaran,
yang tertahan di kerongkongan dan tertimbun lama oleh omong kosong kekuasaan,
Bernyanyilah, bicaralah, memberontaklah.
Jiwa-jiwa tenang mengapa kau bisa tenang?
Jiwa-jiwa tenang yang tertipu,
Bangunkan ketenangan jiwamu yang merindukan kekisruhan itu,
Pertikaian-pertikaian yang mendambakan kedamaian,
Kedamaian-kedamaian yang mendambakan pertikaian,
Pertikaian-pertikaian yang tertimbun jutaan bangkai kedamaian palsu,
Seperti kedamaian yang memaksa kita untuk patuh,
Seperti diri yang kesetiaan yang memaksa kita untuk menyerahkan diri,
Seperti ilusi keutuhan yang memaksa kita untuk tunduk.
Magelang, 2025
–
FARID MERAH Seorang gerilyawan dari Chiapas, yang sekarang bermukim di Rojava.
Ilustrasi Rajulur Rasyid | Editor Selo Rasyd Suyudi