The Dictator (2012) sebuah karya satir yang berani menelanjangi berbagai sisi gelap dalam politik global. Karya yang disutradarai oleh Larry Charles dan dibintangi oleh Sacha Baron Cohen, berhasil mengkritik sistem kekuasaan, kebebasan, dan manipulasi media yang dijalankan secara otoriter. Melalui karakter pemeran utama yaitu Aladeen, seorang pemimpin diktator yang karismatik namun memiliki keegoisan. Ia berasal dari negara fiktif bernama Wadiya.
Aladeen, seseorang yang tidak segan menggunakan kekerasan untuk mempertahankan kekuasaannya sebagai pemimpin. Ia tidak segan menggunakan kekerasan bahkan mengeksekusi siapapun yang berbeda pandangan dengan nya, sekalipun opini yang dikeluarkan tidak masuk akal. Salah satu contohnya adalah ketika Aladeen memaksa para ilmuwan untuk mengubah bentuk agar lebih runcing hanya karena terinspirasi dari kartun yang ia tonton. Semua keputusan konyol dilakukan hanya untuk mempertahankan kekuasaannya sebagai pemimpin dan menjaga citranya agar tidak terlihat bodoh.
Dalam satu adegan Aladeen melempar seseorang dari helikopter hanya karena tersinggung dengan kritik yang dilontarkan secara tidak langsung. Ia dengan sengaja memukul orang di tempat umum dan menggunakan pistol untuk mengancam siapapun yang membuatnya kesal. Dengan visualisasi janggut lebat, mengenakan seragam militer penuh medali, kacamata hitam, dan selalu dikelilingi oleh pengawal perempuan berpakaian seksi. menunjukkan betapa bahayanya kekuasaan yang dipegang satu orang tanpa batas.
Konflik mulai muncul ketika ia dipaksa untuk menghadapi dunia luar. Aladeen harus kehilangan identitasnya sebagai seorang penguasa diktator karena janggutnya yang lebat terbakar setelah salah satu orang yang membencinya mencoba membunuhnya, tapi ia masih selamat dengan identitas yang berbeda. Peristiwa yang tidak terduga ini menggoyahkan posisinya hingga akhirnya ia bisa kembali dan berpidato di forum PBB, dalam pidatonya ia menyindir negara-negara yang mengaku demokratis.
Aladeen menyebutkan hal-hal yang biasa terjadi di negara demokrasi seperti penyadapan warga, pemilu yang curang, media yang dikontrol dan pemerintah yang lebih berpihak ke orang kaya. Film ini mengungkapkan sisi gelap sistem demokrasi yang kadang hanya menjadi topeng, padahal otoriter pemerintahan penuh dengan kontrol dan penindasan. Bungkusnya saja yang lebih rapi.
The Dictator membuat kita mempertanyakan kembali, apakah negara yang terlihat bebas itu benar-benar bebas? Atau jangan-jangan, kita hanya hidup dalam sistem yang terlihat demokratis, padahal isinya tidak jauh dengan sistem otoriter, kekuasaan tetap terpusat pada segelintir orang dengan kepentingan sendiri.
Sindiran paling kuat dalam The Dictator adalah bagaimana negara-negara besar seringkali bermain dalam konflik internasional demi kepentingan ekonomi. Wadiya, negara fiktif yang dipimpin oleh Aladeen digambarkan sebagai negara kaya minyak yang menjadi perhatian dunia bukan karena pelanggaran HAM nya, tapi karena sumber daya alam yang dimilikinya.
Film ini menyoroti bagaimana negara-negara maju yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi kerap bersikap ambigu terhadap rezim diktator. Pelanggaran hak asasi manusia baru dipermasalahkan ketika sang diktator tak lagi sejalan dengan kepentingan ekonomi global. Namun, selama masih ada kerja sama dalam urusan bisnis strategis seperti minyak atau perdagangan senjata pelanggaran tersebut kerap dibiarkan, bahkan diabaikan, seakan-akan tidak pernah terjadi pelanggaran.
Dibalik dominasi tokoh Aladeen yang egois dan otoriter, juga hadir Zoey yang diperankan oleh Anna Faris sebagai lawan sekaligus penyeimbang. Zoey digambarkan sebagai perempuan idealis dan pemilik toko makanan organik yang juga aktivis dalam isu-isu sosial.
Zoey jadi representasi dari luar yang tidak tunduk pada logika kekuasaan mutlak seperti di Wadiya. Film ini memperlihatkan bagaimana dua pandangan ekstrim yaitu Aladeen seorang otoriter dan Zoey seorang progresivisme bertemu dan saling menguji.
Aladeen yang terbiasa hidup dalam budaya dimana perempuan dianggap warga kelas dua, dipaksa untuk melihat dan belajar realitas lain diluar otoriter kekuasaannya dengan kehadiran Zoey yang cukup kuat. Zoey menggoyahkan pandangan Aladeen terhadap perempuan, setelah berbagai tragedi dilalui bersama.
Kehadiran Zoey bukan hanya untuk menjadi tokoh pendamping tokoh utama. Ia menjadi simbol nilai-nilai kesetaraan gender, solidaritas sosial, dan kritik terhadap sistem patriarki yang merajalela. Hal ini memperlihatkan The Dictator tidak hanya mengkritik negara otoriter tapi juga mengkritik budaya maskulin yang melekat pada sistem tersebut.
Dalam film ini mengungkap cara-cara Sang Diktator melanggengkan kekuasaannya. Di awal film, kita melihat bagaimana Aladeen disanjung oleh rakyat Wadiya lewat siaran televisi yang dengan pujian padahal semua hanya kebohongan yang dibuat-buat. Ia disebut pelari tercepat di dunia bahkan disebut penemu teknologi masa depan, semua kebohongan itu terus-menerus diulang sehingga tampak seperti kebenaran.
Ini merupakan bentuk kritikan kepada media. Bagaimana media bisa menjadi alat membenarkan tindakan pemerintah dan menutupi kebusukan pemerintah Padahal media semestinya menjadi jembatan antara rakyat dan kekuasaan, tetapi dimonopoli untuk membuat narasi palsu yang bertolak belakang dengan yang sebenarnya. Bukan hanya di negara otoriter, film ini juga menyoroti bagaimana demokrasi tidak bebas dari manipulasi informasi.
Ketika Aladeen berada di Amerika Serikat dan terlibat dengan media lokal, ia menyadari bahwa informasi bisa diubah sesuai kepentingan, entah untuk politik atau kekuasaan. The Dictator menggambarkan bahwa dalam dunia ini, narasi adalah senjata. Siapa yang menguasai media, punya kekuasaan atas persepsi publik, baik yang mengaku demokratis maupun otoriter.
Melalui Film ini Sacha Baron Cohen dan Larry Charles tidak hanya mengundang tawa, tetapi juga mengajak penonton untuk menertawakan kenyataan pahit dari dunia politik dunia. Film ini berhasil membongkar sistem demokrasi, kekuasaan yang korup, patriarki, hingga kapitalisme internasional. Semua disajikan dalam komedi satir yang tajam dan berani.
Judul The Dictator | Tahun 2012 | Durasi 83 Menit |Sutradara Larry Charles | Penulis Sacha Baron Cohen | Produksi Four by Two Films | Negara Amerika Serikat| Pemeran Sacha Baron Cohen, Anna Faris, Ben Kingsley | Presensi Almuttaqin