Home PROFIL LesFiL, yang Lahir dari Keresahan

LesFiL, yang Lahir dari Keresahan

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com, Cogito Ergo Sum_aku berpikir maka aku ada, merupakan jargon yang sudah akrab dalam mempelajari dan membahas ilmu filsafat. Ungkapan yang diutarakan Descartes, filsuf ternama asal Perancis inilah yang juga dijunjung oleh sekumpulan mahasiswa jurusan Filsafat ini yang membentuk lembaga kajian filsafat bernama Lembaga Studi Filsafat (LeSFil).

Awal pembentukan kajian filsafat ini berasal dari keresahan mereka yang menganggap di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga tidak ada agenda penunjang kemampuan anak-anak filsafat. “Melihat fenomena kampus yang mengalami kemajuan seperti sekarang ini, tetapi tidak sebanding dengan kemajuan mahasiswanya,” ungkap Maman Suratman, salah satu penggagas lembaga kajian tersebut.

Maman menggagas lembaga kajian filsafat tersebut bersama rekan mahasiswanya yaitu Irsal Mas’udi, Ma’ul dan Firman. Menurut Irsal, yang mempunyai sapaan Kribo ini mengatakan, adanya kajian filsafat tersebut awalnya hanya iseng-iseng saja. “Daripada suntuk di kamar tidak ada kerjaan.” Begitu pula Ma’ul menuturkan terbentuknya LeSFil ini merupakan inisiatif dia dengan teman-temannya. Dan secara terus terang dia mengatakan bahwa ia penasaran dengan dunia filsafat yang menurutnya di kampus tidak mampu memuaskannya.

LeSFil sebenarnya telah terbentuk sejak 20 November 2011. Namun pada awal pembentukannya namanya bukan LeSFil tetapi Afa. Ketika ditemui di sekretariat LeSFil di Jln. Balirejo, Yogyakarta, Irsal menceritakan perjalanan LeSFil. “Dulunya kami membentuk LeSFil ini dimulai dari semester satu mas, tapi dulunya diberi nama Afa,” tutur Irsal.

Irsal yang merupakan mahasiswa filsafat agama mengaku menyanyangkan sekali nasib kampus UIN Sunan Kalijaga yang notabene kampus yang seharusnya mengembangkan keilmuan tetapi tidak intensif untuk berdialektika dan berdiskusi keilmuan, khususnya filsafat. Menurutnya mahasiswa sekarang lebih asyik membaca status daripada membaca buku.

Kegiatan diskusi LeSFil hanya dilakukan sekali pertemuan dalam seminggu, pada hari Minggu, jam 19.00 WIB- 23.00 WIB. Dalam setiap pertemuan diisi oleh anggotanya sendiri yang siap untuk menjadi fasilitator. Anggota LeSFil sampai sekarang telah berjumlah 12 orang, ada yang dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Institut Seni Indonesia (ISI), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) serta dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN) sendiri.

Dari pertemuan sekali dalam seminggu itu, sampai saat ini sudah sampai 6 kali pertemuan dari 11 pertemuan yang telah disepakati. Untuk setiap pertemuan materi yang dikaji menitikberatkan pada filsafat politik. “Sebenarnya dalam agenda diskusi LeSFil ada beberapa sesi, untuk 11 pertemuan ini masuk pada sesi kajian filsafat politik,” kata Irsal.

Irsal menambahkan untuk sesi pertama ini kenapa kajian filsafat politik yang dikaji lebih dahulu, ia beralasan, ingin mencoba melihat realitas politik di Indonesia. Ketika dikaji lebih dalam ternyata politik di Indonesia hanyalah perebutan kekuasaan, bukan politik lagi. Dari perebutan kekuasaan itulah yang menyebabkan ruang sosial masyarakat Indonesia menjadi gaduh.

Berangkat dari ruang sosial yang gaduh itulah, anak-anak yang tergabung dalam wadah yang bernama LeSFil berupaya bersama-sama membedah dan menganalisis realitas. Membedah fenomena politik sekarang, khususnya di Indonesia. Di Indonesia muncul fenomena-fenomena politik yang sangat mengenaskan dan mengawatirkan. Banyak aktor politik mempraktikkan saling menjatuhkan serta menyuap oknum-oknum untuk memuluskan jalan menuju kekuasaan yang tertinggi.

“Setelah dikaji catur perpolitikan Indonesia dengan pisau analisis filsafat politik, ternyata di Indonesia konsep politiknya menganut konsepnya Machiavelli, menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekuasaan” kata Irsal, mahasiswa asal Sulawesi yang sekaligus jebolan dari organisasi Keluarga Mahasiswa Pecinta Demokrasi (KMPD) itu.

Ada beberapa buku yang menjadi referensi kajian filsafat serta menjadi pegangan sebagai pisau analisis melihat realitas politik di Indonesia. Diantaranya yakni Sejarah Filsafat Barat, tulisan dari Marchiavelli seperti Sang Pangeran, Republik dari Aristoteles dan lain sebagainya. Selain itu, referensinya ada yang dari internet.

Sedangkan untuk sesi-sesi selanjutnya masih belum terpikirkan. Menurut Irsal, belum ada pembicaraan yang serius terkait tema untuk sesi kedua dan seterusnya. Akan tetapi, ada rencana kesepakatan untuk sesi selanjutnya ketika akhir-akhir pertemuan sesi pertama.

Ketika ditanyai perihal fasilitator, sebenarnya anggota LeSFil menginginkan fasilitator dari akademisi yang ahli di bidang filsafat, namun tersandung beberapa kendala. Padahal dari LeSFil sendiri telah mengantongi nama-nama dosen untuk ikut mengisi kajian filsafat di LeSFil, seperti Dekan Ushuluddin, Alim Roswantoro, Iqbal serta dosen Ushuluddin lainnya. Beberapa kendala tersebut yakni terkendala dana, tempat yang belum memadai, serta kendala waktu- dosen tidak bisa diundang kalau malam hari.

Dari beberapa kendala itu, Irsal tidak mempersoalkannya. Justru menurutnya dari beberapa kendala tersebut ada beberapa keuntungan. Salah satunya yaitu dapat melihat proses anggota-anggota LeSFil mampu membicarakan keilmuan filsafat tanpa mempermasalahkan siapa yang paham dan siapa yang tidak paham.

Keseriusan para anggota LeSFil dalam mempelajari filsafat itu nampak ketika berusaha mengumumkan adanya kajian LeSFil serta agenda-agendanya lewat pamflet-pamflet yang ditempelkan di fakultas-fakultas. Sosialisasi juga dilakukan melalui dunia maya, di jejaring sosial seperti Facebook, mereka kerap mengumumkan jadwal diskusi LeSFil.Tak hanya itu, pada saat inventaris, misalnya spidol yang isinya sudah habis,mereka mengatasinya kadang dengan mencuri. “Ya kalau pas spidol isinya habis kami kadang nyuri,” kata Irsal sambil nyengir.

Mereka juga menyewa kontrakan demi keberlangsungan kajian filsafat. Bertempat di jalan Balirejo, Yogyakarta, tepatnya di depan Akademi Perikanan Yogyakarta, selatan jembatan sungai Gajah Wong. Sebelumnya kajian filsafat ini bertempat di kampus UIN, berlangsung 3 kali pertemuan. Rencananya, apabila anggota LeSFil bertambah banyak, maka akan menyewa kontrakan yang lebih luas agar kajian filsafat dapat berjalan dengan maksimal. (Najib)

 

Editor : Ulfatul Fikriyah