Home - Seni Sebagai Antitesis Kekerasan

Seni Sebagai Antitesis Kekerasan

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Teater ESKA merupakan salah satu UKM Tertua di UIN Suka.

 

Acara ini digelar untuk memperbaharui wacana dan mempertemukan orang tua Eska.

lpmarena.com, Sabtu (08/06), bertempat di teatrikal Dakwah UIN Suka, Teater Eska menyelenggarakan seminar dengan tema “Kekerasan dan Kepertunjukan Seni”. Acara yang berlangsung mulai pukul 10.00 ini menghadirkan pembicara Adi Wicaksono dan Ahmad Syubbanuddin Alwy selaku alumnus Teater Eska sendiri. Hadir pula Hamdi Salad dan Abidah El-Khalieqy yang juga alumnus sanggar Eska.

“Koreklah lukamu itu hingga keluar seluruh darah dan nanah sampai pedihnya tak terasa lagi”, ungkap Ahmad Syubbanuddin Alwy mengutip perkataan Chairil Anwar ketika menjelaskan tentang proses sublimasi yang ia tawarkan sebagai antitesis dari sebuah kekerasan.

Alwy mencontohkan tari-tarian jawa yang begitu lembut dan pelan. Padahal tarian Jawa berangkat dari konteks histori yang mendarah-darah dalam melawan penjajah.

“ Itulah bagaimana kekerasan dan kepertunjukan seni, kekerasan dan dunia politik. Kalau politik itu kotor, seni adalah tempat untuk bercermin” ungkap Afnan Malay selaku moderator menanggapi pernyataan Alwy.

Sementara M. Toyu Aradana selaku ketua panitia mengatakan bahwa acara ini dilatarbelakangi keinginan akan pembaruan wacana sekaligus mempertemukan kembali orang-orang tua Eska dahulu.

Sayangnya hanya setengah ruangan teatrikal Dakwah yang terisi meski acara ini bersifat free dan untuk umum. Meskipun demikian, acara ini cukup antusias.(Chusnul Chotimah)

 

Editor : Folly Akbar