Home - Mengharap Rezeki, Menebar Doa

Mengharap Rezeki, Menebar Doa

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Fauzi Bowo, salah satu pedagang soal dadakan.

 

Menjelang tes SPMB-PTAIN, UIN diserbu pedagang soal dadakan.

lpmarena.com, “Monggo, mumpung masih ada, bonus”, seru Fauzi Bowo pria 38 tahun penjual Panduan Soal Seleksi Ujian Masuk Perguruan Tinggi (PSSUMPT). Seruan itu ia teriakkan ketika berjualan di gerbang UIN Sunan Kalijaga, senin (24/6). Ketika ditanya bonus apa yang akan diberikan, pak Fauzi biasa ia disapa menjawab dengan senyum simpul. “Bonus doa biar diterima” katanya. Menjelang tes SPMB-PTAIN yang rencananya berlangsung Selasa-Rabu(25-26/06), UIN dipadati pedagang soal dadakan.

Ditemani satu rak buku, peluit, tas  dan sebungkus es teh, ia menawarkan dagangannya dengan senyum  yang ramah. Ia menerima pengunjung dengan muka yang cerah, baik pengunjung yang benar-benar membeli, sebatas menawar atau hanya melihat-lihat. “Itulah bedanya Jakarta dan disini. Di Jakarta kalau udah megang mesti beli, tapi di Yogya boleh apa saja karena semua ada disini”, ujar bapak tiga anak ini.

Menjadi penjual PSSUMPT  telah biasa ia lakoni semenjak lima tahun lalu. Tidak hanya di UIN, ia juga biasa berjualan di UGM,UNY dan POLTEKES. Dulu ia juga pernah menjual soal-soal untuk tes masuk pegawai Departemen Luar Negri di Jakarta. Disana  ia juga mencoba menjual soal tes masuk Pegawai Negri Sipil.

Menurutnya pekerjaan menjadi penjual PSSUMPT cukup memberinya untung yang memuaskan. Ia mengaku menjual satu paket tes (IPA,IPS dan IPC) mulai dari 30 ribu hingga 50 ribu rupiah. “Kalau satu-satu tak jual 20 ribu”, imbuhnya.

Ketika musim tes habis, ia bekerja memelihara dan memperbaiki gedung-gedung kampus timur UIN Sunan Kalijaga (Perpustakaan, Fakultas ushuludin, Dakwah dan gedung PKSI). Di UIN ia digaji perminggu dengan hitungan hari kerja. Ia minta cuti saat jualan PSSUMPT.

Pak Fauzi mengetahui dagangan soal-soal tes masuk institusi Negara ini melalui internet “Di internet apa-apa kan tersedia”, tandas bapak asli warga Yogyakarta, tepatnya dibandara Adi Sucipto ini. Dan ia  mengambil PSSUMPT dari temannya. “Kalau gak habis ya dikembalikan”, ujarnya.

Strategi yang ia pakai berjualan biasanya ramah dan sabar terhadap pengunjung. Karena menurutnya rezeki itu telah diatur Tuhan dan kita hanya berusaha. “Tidak seperti pedagang lain yang memaksakan dagangannya pada pengunjung”, ujar bapak yang murah senyum ini.

Dari pernikahannya dengan Sulistiani, Pak Fauzi dikaruniai dua putra dan seorang putri. Anak sulungnya laki-laki dan sedang menempuh pendidikan kelas dua di SMP. Sementara anaknya yang tengah perempuan, baru lulus dari SD. Dan anak sulungnya masih nol besar. [Rahmat Efendi]

Editor : Folly Akbar