Home - Negara Perlu Lindungi Budaya

Negara Perlu Lindungi Budaya

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

lpmarena.com, Kamis (17/10) Kementerian Dalam Negeri bekerja sama dengan Jaringan Aspirasi Masyarakat mengadakan seminar Nasional dengan tema “Mengoptimalkan Peran Agama, Seni dan Budaya Dalam Mempertahankan Identitas Serta Keutuhan Indonesia”. Hadir sebagai pembicara Tuti Hartandi dan Nanang Rifa’I. Seminar yang diadakan di teatrikal perpusatakaan UIN Suka dihadiri sekitar 200 mahasiswa, baik dari Jogja dan luar Jogja.

Dalam seminar tersebut Tuti Hartandi membahas tentang banyaknya budaya Indonesia yang diklaim oleh negara tetangga, semisal batik dan reog yang diklaim Malaysia. Hal ini menjadi kekhawatiran yang mendasar bagi para peserta seminar. Salah satunya Abdul. “ Bagaimana Indonesia menanggapi permasalahan terkait saat mahasiswa yang cinta terhadap seni budaya dengan mengaktulisasikan seninya tak direspon oleh Pemerintah”, ungkap Abdul dengan nada agak kecewa.

Nanang Rifa’I mengawali materinya dengan berbicara akan krisis identitas sebagai kelanjutan dari krisis multidimensi yang melanda Indonesia sejak kurun 1998-an. “Pandangan ini agak ada benarnya jika ditelisik secara strukturalan sich. Akan tetapi jika diruntut secara sungguh-sungguh, problem identitas dapat dilacak akarnya hingga jauh di masa-masa awal sebelum kemerdekaan. Jika tidak diantisipasi secara arif dan bijaksana, maka krisis identitas yang menerpa Indonesia saat ini akan bermuara pada hilangnya keutuhan Indonesia sebagai nation state”, ungkap Nanang dengan nada yang keras dan tegas

Melalui pendekatan multidimensional dapat ditelisik bahwa krisis identitas di Indonesia sekarang berada dalam tiga konteks nasional; politik, sosial, dan kultural. Ketiga konteks ini termanifestasi dalam bekerjanya tiga faktor penting, yakni; globalisasi, negara, dan masyarakat sipil. Ketiganya selain memberi konteks tersendiri, sekaligus juga menjadi aktor (aktif maupun pasif) dalam memperkaya krisis identitas yang tengah terjadi.

Problematika inilah yang hingga kini terus menerus menggelayuti dimensi kehidupan sosiokultural, ekonomi dan politik di Indonesia. “Melalui makalah sederhana ini, saya paling tidak berupaya untuk mengurai sekaligus mencari katarsis yang memadai terhadap masalah yang telah dikemukakan di atas secara diskursif”, tangkas Nanang. (Mohammad Nur Aris Shoim)

Editor : Ulfatul Fikriyah