Home - Maksud Mencari Tuhan Belum Sampai ke Penonton

Maksud Mencari Tuhan Belum Sampai ke Penonton

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

lpmarena.com, Jarum jam menunjukkan pukul 20.00 WIB. Malam itu dua orang resepsionis terlihat sibuk melayani antrean penonton. Di sisi yang lain, sebuah meja yang ditunggui dua orang tengah sibuk berjualan tiket dan kaos. Antrean penonton yang ramai di meja resepsionis akhirnya terurai setelah satu per satu berjalan menuju pintu masuk gelanggang. Malam itu tengah dilangsungkan pentas produksi ke XXXII UKM Teater Eska di Gelanggang Mahasiswa UIN Suka (31/05) yang pertama dan akan dilanjutkan pada malam berikutnya (01/06).

Pukul 20.10 WIB pementasan berjudul “Labirin & Retakan bayang-bayang Mu” pun dimulai. Lampu sorot mengarahkan pandang penonton ke arah panggung. Setelah satu setengah jam berlalu, akhirnya pementasan teater bagian pertama berakhir. Beberapa penonton seusai acara mengaku tidak paham tentang inti pementasan pada malam itu. Seperti yang diungkapkan oleh Panji. “Aku nggak tau mba, nggak paham,” ungkap mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) ketika ditanya inti pementasan teater. “Tapi bagus mba, besok mau nonton lagi,” tambahnya bersemangat. Emit yang juga mahasiswa FDK mengungkapkan hal yang sama dengan Panji. “Aku gak mudeng, aku aja tanya sama panji,” ungkapnya sambil melihat ke arah kawannya itu.

Jauhara Nadvi az-Zadine, Ketua Eska 2014 mengatakan bahwa inti dari pementasan malam itu adalah mencari Tuhan. “Bagaimana mencari Tuhan. Ada fenomena-fenomena dari awal gimana mereka mencari Tuhan. Petama, yang pagan tadi, itu kan masih menyembah batu-batu. Terus ke kerajaan itu menyembah dewa-dewa, sampai ke kolonial mereka berperang atas nama Tuhannya masing-masing. Terus sampe ke jaman yang modern, agama abal-abal. Ya kayak gitu intinya kan,” ungkapnya pada ARENA.

“Labirin jalan yang berliku, terus retakan bayang-bayang Mu. Bagaimana kita mencari Tuhan itu seperti labirin itu loh. Tuhan itu apa? Kelihatan bayangannya aja enggak,” paparnya ketika ditemui usai acara.

Dalam proses penggarapan teater itu, mereka memilih tidak menggunakan sutradara, melainkan membentuk tim. Tim ini beranggotakan Hilman Fn Sikumbang, Ghoz TE, M Toyu Aradana, Waris Lakek, dan diketuai oleh Shohifur Ridho Ilahi. Meraka melakukan penjaringan ide dan konsep sekaligus penulisan naskah. Diskusi dan penjaringan ini dilakukan hampir 3 bulan lamanya. (Ulfatul Fikriyah)