lpmarena.com,Sabtu malam (5/7), Sanggar Nuun mengadakan pentas musik puisi yang diadakan di Halaman Laboratorium Agama UIN Suka. “Musik Puisi Tanwin (Ketika Nuun di Titik Hening)” menjadi tema persembahan Sanggar Nuun dalam menyambut ramadhan bil jamiah 1435 H.
Pentas ini menghadirkan enam pertunjukan yang terdiri dari satu musik puisi yaitu Gurbar Munya; tiga komposisi musik yaitu Gurbar Munya, Ketika Hening Menjelma, dan Romantika Awan; dan dua lagu yaitu Cermin dan Rindu Rasul. Sebagian besar, musik yang ditampilkan, digarap dan disusun sendiri oleh awak-awak Sanggar Nuun, kecuali Rindu Rasul karya Gito Rollis.
Tema Tanwin di sini mempunyai filosofi bahwa ketika tanwin bertemu huruf hijaiyah akan menimbulkan bunyi (juga makna) yang bermacam-macam. Misalnya ketika tanwin bertemu dengan ya’, nuun, mim, dan wawu akan dibaca idghom bighunnah, ada juga idhar, ikhfa, dan lain-lain. “Tanwin kan suara bunyi nuun mati, dan ketika itu bertemu huruf-huruf hijaiyah, tanwin bisa jadi apa saja. Bisa dengung, jelas, kadang bisa menghilang. Filosofi itu diejawentahkan dalam komposisi, kadang bisa Arab, Padang, ataupun Jawa,” kata Zulfan Arif, anggota Sanggar Nuun. Ia juga berujar pemaknaan dalam pertunjukkan ini diserahkan pada penonton.
Maksud ‘hening’ berarti perjalanan spiritual. Ketika hening menjelma, di sunyi belantara, di keberisikan jalan, dimanapun. Hening mungkin juga kita cari dalam putaran tasbih, dalam perjalanan, atau dalam keriuhan. Lalu, dimana ujung dari sunyi ini? Dimana ujung dari hening ini? Sanggar Nuun pun bersyair: “Pejamkan mata dan terbanglah”.
Gurbar Munyayang menjadi musik puisi utama pentas ini dalam bahasa Jawa berarti bunyi genderang. Dalam pewayangan istilah ini dipakai sebelum menghantarkan prajurit maju perang. “Gurbar Munya sebenarnya berarti bunyi genderang, tetapi jika dimasukkan dalam konsep tanwin ini, dari bunyi penghantar perang menjadi awal niat kita untuk menyambut ramadhan. Makna konsep perangnya itu untuk melawan hawa nafsu,” tutur Wahyu selaku komposer Gurbar Munya.
Elsa Finda R. selaku penonton berpendapat jika ia terhibur dengan kolaborasi musik tradisi dan modern yang dihadirkan Sanggar Nuun. “Menemuan nuansa musik baru, nggak cuma pop aja. Dari temanya sendiri menurut saya, tanwin itukan dobel, mungkin pendobelan antara musik tradisional dan modern. Pendobelan puisi dan musik. Pendobelan kecintaan akan Tuhan, nabi, dan lain-lain,” tutur mahasiswi jurusan Ilmu Hukum semester II ini. (Isma Swastiningrum)
Editor : Ulfatul Fikriyah