Oleh Bayu Saktiono
AKU
Dalam temaram yang hitam
darah mengalir menyisir lengan-lenganku
lalu jiwaku resah dan basah
mencibir takdir menghujat nurani.
Tembok-tembok berbicara kepadaku
A – K – U
A –
KU –
Roh-Roh bergelayutan menampakan wajahnya
Huruf-huruf menikam mataku
Dan kutemui jasad terkapar meyerupai Aku.
20-12- 2013.
KU. .
Kepada kepala aku bertanya.
siapa Aku yang ada di dalam sana.
siapa yang menyebut-nyebut Ku dengan Aku
Apakah Aku segumpal daging merah penuh debu itu.
bukan, jawab Ku.
Aku adalah suara diri Ku yang mengisi setiap ruas-ruas tubuhKu.
dan Aku hilang ditelan tangis oleh kata-kata Ku.
6-02-2014.
MENGGERUTU
Aku menemui mu saat bulan tanggal satu.
Rupanya kau sedang berkabung.
Pakaianmu hitam Dan juga raut wajahmu.
Kau malah menyuruhku membawakan bunga anggrek.
“anggrek adalah tanda ketulusan’ katamu.
Sayang, aku tak membawakan yang kau minta.
Aku tak ada waktu untuk membeli.
Bulan ini rejeki belum menyusupi dompetku.
Tetapi janganlah kau kecewa.
Sudah aku bawakan mutiara yang ku ambil dari mataku.
Jangan gusar.
25-06-2014.