Lpmarena.com, Sungai adalah mata air kehidupan pada zamannya. Di mana anak-anak bersua, mandi, dan menjeburkan diri bersama-sama. Para ibu mencuci pakaian dan para gembala memandikan ternaknya. Begitu juga Kali Gajah Wong, salah satu sungai yang memiliki aliran di tengah-tengah kota Yogyakarta yang istimewa ini. Membelah salah satu jalan protokol pada Jalan Solo membuat sungai ini tak luput dari perhatian setiap mata yang melintas. Dalam sejarahnya, Sungai Gajah Wong merupakan muara bertemunya dua aliran sungai, yakni anak gajah wong (perempatan Condongcatur) dan Kali Waru (timur Kapolda), bertemu di satu titik, yakni daerah Papringan paling atas (titik pertemuan ini dinamakan tempuran, bentuk huruf “Y”).
Pada tahun 1995 menjadi era terakhir di mana Sungai Gajah Wong meniti masa jaya sebagai sungai yang memiliki air cemerlang untuk jadi mata air kehidupan. Di mana dalam alirannya, air jernih yang mengalir. Di mana tanah yang mengendap di dasarnya pun tampak. Di mana ikan berenang berkerumpul. Kemudian zaman berkembang, peradaban berkembang pesat. Kini Gajah Wong tak lagi seindah Gajah Wong terdahulu. Dari keprihatinan inilah, dibentuklah Komunitas Peduli Gajah Wong (KPGW).
KPGW merupakan satu dari 95 komunitas sosial yang ada di kota Yogyakarta. Berdirinya KPGW digagas oleh warga, pemuda dan karang taruna RT 07 yang memiliki kantor sekretariat di Jalan Ori 1 No 26 RT 07 /RW 02 Papringan.
Diketuai oleh Ardian Widianto, KPGW pun memiliki banyak divisi salah satunya adalah divisi rescue (penyelamatan). Divisi rescue dipimpin oleh Budi Wasono ini berazas kemanusiaan dan beramal kepada sesama dalam menjalankan misi penyelamatan.
“Sing ngopeni kali (yang merawat sungai),” tutur Budi. Kerja bakti pembersihan sungai menjadi agenda yang sering dilaksanakan oleh KPGW. Bagaimana air bisa mengalir lancar hingga tidak lagi terjadi banjir. Selain itu KPGW juga menjembatani organisasi lain dan mahasiswa dari kampus sekitar yang ingin melakukan kegiatan bakti lingkungan di Sungai Gajah Wong.
Menjadi suatu tugas yang sangat berat jika tanggung jawab menjaga lestarinya sungai hanya ditangguhkan pada KPGW. Banjir yang melanda bantaran Sungai Gajah Wong pada tahun 2006 yang menghanyutkan lima rumah warga di RT 07 Papringan, menjadi tolak awal kesadaran warga untuk turut serta menjaga kelestarian Sungai Gajah Wong bersama-sama dengan KPGW.
“Kali yang kotor adalah karena kita. Kali bersih karena kita. dan semua dampaknya kembali lagi pada kita,” tutur Budi. Dari kita, oleh kita, untuk kita, karenanya apa pun yang dilakukan oleh manusia, nantinya akan kembali pada manusia lagi. Bercermin pada banjir yang terjadi pada tahun 2006 silam, banjir ini terjadi diakibatkan sampah yang menumpuk dan mengakibatkan pendangkalan dasar sungai dan penyumpatan aliran sungai. Hal demikian tidak akan terjadi jika manusia sadar untuk tidak membuang sampah secara sembarangan ke sungai.
KPGW pun ikut mengamankan sungai, di mana melakukan pengawasan terhadap warga yang membuang sampah sembarangan di sungai. Jika diketahui ada warga yang masih membuang sampah sembarangan, maka akan ditangkap, diberi sanksi organisasi dan diberi penyuluhan dengan benar. “Kemudian, dulu sungai itu liar, bisa nyetrum, bisa ngobati ikan, bisa menjala. Sejak KPGW berdiri itu tidak diperbolehkan,” papar Budi.
Selain itu, KPGW menggalang dana serta mengumpulkan pakaian layak pakai yang terkumpul satu mobil terbuka dalam waktu sehari, dan kemudian turun ke lapangan bencana untuk membantu evakuasi korban. Selain itu, KPGW juga membantu warga (terutama di sekitar kawasan Papringan dan daerah yang bertetangga) yang dilanda musibah sekecil apapun itu. Misalnya, membantu antar-jemput jenazah dalam hingga luar kota dengan armada ambulance yang dimiliki oleh KPGW dengan cuma-cuma (mengingat banyak warga tidak mampu yang kesulitan membayar biaya antar jenazah dengan biaya yang dipatok oleh rumah sakit) .
Dengan kegiatan kemanusiaan yang digiatkannya, KPGW mendapat dukungan penuh dari BASARNAS, SAR DIY (Sarda), BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta sokongan fasilitas dari para donatur. Sekarang, KPGW kini telah menjadi organisasi yang kuat, dibuktikan dengan belum lama ini telah mampu membentuk anak cabang KPGW Bantul, yakni di kawasan Timoho (daerah selatan rel kereta). Sungai Gajah Wong sendiri memiliki aliran hingga terminal Giwangan, dan KPGW juga berencana untuk membentuk anak cabang KPGW lainnya hingga ujung aliran Sungai Gajah Wong. (Try Kurnia Sari Haryaningrum)
Editor: Isma Swastiningrum