Home - Pantai Ngeden Masih Perawan

Pantai Ngeden Masih Perawan

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email
pantai-ngeden-ngedan-gunng-kidul-jogja-7

Pemandangan Pantai Ngeden dari puncak (sumber foto: piknikasik.com)

Lpmarena.com, Kebisingan kota dan segala hingar bingarnya kadang kala membuat orang frustasi. Maka ketika keadaan itu datang, yang dibutuhkan adalah refreshing, setidaknya supaya tidak dibilang kurang piknik! Mayoritas orang kota berlomba-lomba mengeksiskan diri dengan kembali ke alam, seperti mendaki gunung, jelajah gua maupun pantai.

Yogyakarta (Kota Jogja) memiliki banyak pantai sebagai tujuan refreshing. Beberapa pantai yang sudah banyak dikenal orang dan sering dituju seperti Indrayanti, Kukup, dan Baron. Namun ternyata ada beberapa pantai di Jogja yang belum banyak dikenal orang. Salah satunya adalah pantai Ngeden yang terletak di Dusun Bedalo, Desa Krambilsawit, Kecamatan Saptosari.

Sekitar pukul 10.30 (11/06), parkiran nampak sepi dengan beberapa sepeda motor yang berjajar. Pada mulanya, saya tidak habis pikir bagaimana mungkin pantai yang bagi saya nampak biasa saja disebut-sebut sebagai tempat yang asik nan memukau. Saya hanya melihat beberapa pedagang yang sedang leha-leha tanpa pembeli, dengan pantai berpasir putih yang juga tak satupun nampak ada pengunjung. Setidaknya, ada anak-anak yang bermain di sana sebagaimana pantai pada umumnya, tapi di sana tidak juga muncul tanda-tanda keramaian yang saya tunggu-tunggu.

Saya bertanya-tanya, di mana sebenarnya pemilik motor- motor itu? Tapi kemudian saya melihat ada jalan setapak seolah ngawe-awe dan meminta untuk ditelusuri. Ya, maka di situlah awal dari pemandangan pantai “Ngeden” dengan aroma surgawi. Pantai ini menawarkan sesuatu yang eksotis dengan cita rasa romantis, sebab jalan setapak itu pelan-pelan menuntun saya hingga puncak dan menemukan pemandangan yang masih alami, seperti perempuan yang masih perawan.

Baru ketika sampai di puncak, pertanyaan-pertanyaan yang mampir dalam benak kemudian terjawab, para pemilik motor bertebaran di mana-mana rupanya. Selama perjalanan menempuh jalan setapak, beberapa pengunjung nampak asik dengan liburannya, dua orang pemancing dan beberapa muda-mudi usia belasan saling berpasangan sambil jeprat-jepret ber-selfie ria. Untuk ke depannya, saya pikir tempat inilah yang akan menjadi tempat tujuan utama para penjelajah pantai, saya semakin yakin ketika berbincang dengan Sirus (23) seorang ibu rumah tangga yang sehari-harinya menyediakan makanan dan minuman untuk para pengunjung. “Pengunjung sepi karena hari-hari biasa Mba, kalau Sabtu-Minggu atau pas tanggal merah pengunjung bisa ratusan, apalagi kalau malam Minggu, banyak orang yang nge-camp di pantai, sama di sana (sambil menunjuk ke arah puncak dan tebing).

Tentu saja saya percaya. Bagaimana tidak, jalan setapak sudah dibangun sampai puncak yang bahkan disediakan balkon untuk tempat istirahat sembari menikmati debur ombak dan angin yang membelai sepoi-sepoi dan adakala mata kita akan dimanjakan dengan satu dua kapal yang berlayar di lautan. Beberapa fasilitas umum seperti kamar mandi dan mushola juga sedang dan akan dibangun, tidak kalah dengan para calon pedagang yang sedang sibuk membenahi warung -nampaknya mereka memang mencium aroma keramaian yang akan menambah pundi-pundi pendapatan di hari esok. Jalan-jalan setapak itu juga tak kalah menariknya dengan balkon di puncak, di samping kanan kiri, kita akan dilihatkan dengan petani-petani yang sedang asik memanen kacang tanah, lalu semakin menuju puncak, semakin kita dikelilingi bebatuan karst yang tinggi menjulang, hingga kemudian sampai balkon di puncak tebing.

“Saya baru pertama kali ke sini Mba, teman saya yang sering memancing di sini. Dapat ikan sih gak banyak, paling juga cuma satu itupun sebesar sandal, kami ke sini kan bukan untuk cari ikan, memancing kan juga merupakan refreshing Mba, habis tempatnya bagus, asik dan nyaman,” ungkap Slamet, pengunjung asli Jogja. “Perjalanan dari Jogja ke sini dengan jalan yang aduh (sambil geleng-geleng kepala) sangat melelahkan, namun segera terbayar sesampainya di sini,” imbuhnya mengakhiri obrolan. (Chusnul Khotimah)

Editor : Ulfatul Fikriyah

Ralat: Sumber foto diambil dari piknikasik.com