Lpmarena.com, Tahu Tek Tok merupakan adopsi makanan khas Surabaya, yang lebih dikenal dengan sebutan Tahu Tek. Sebuah jajanan yang menjadi pilihan seorang Mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM), bernama Kukuh Sambodo, untuk merintis usaha di Yogyakarta.
Tahu yang telah digoreng mulai diiris berbentuk kotak dadu. Tahu itu kemudian dimasukkan dalam sebuah piring yang telah berisi lontong, kecambah (toge), dan telor. Kemudian disiram dengan kuah yang berasal dari kacang dan bumbu petis. Terakhir ditaburi krupuk udang.
Itulah gambaran singkat perwujudan Tahu Tek Tok, sebuah brand yang diciptakan oleh Kukuh Sambodo. Mahasiswa semester X, jurusan Teknik Mesin itu, mengaku telah mencintai wirausaha sejak Sekolah Menengah Atas (SMA) di Bontang, Kalimantan Timur. “Saya dulu pernah usaha sablon kaos,” ujarnya.
Pada tahun 2010, ia merantau di Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Ia memilih tidak meneruskan usaha konveksi kaosnya karena ketatnya persaingan di Yogyakarta. “Kalo konveksi baju saingannya berat di Jogja.”
Hal itu yang membuat Kukuh berfikir untuk memilih peluang usaha lain. Pilihannya jatuh pada usaha sepeda Fiksi, yang saat itu sedang naik daun. “Saya mendesain dan merakit sepeda kemudian dijual. Tapi nggak bertahan lama, terus berhenti karena ramenya cuma musiman,” ujarnya.
Kukuh lantas memutar otak untuk membuka usaha yang bukan saja ramai karena musiman. Ia memilih usaha di bidang kuliner karena setiap hari manusia makan. “Saya mencoba usaha di bidang kuliner.” Ia mengadaptasi makanan khas Surabaya semacam Tahu Tek. Ia memberi inovasi dengan menambah bumbu kacang pada kuahnya dan memberi brand baru. “Saya kasih brending Tahu Tek Tok. Terus petis itu bahan dasarnya dari udang. Saya mendatangkan udang dari Surabaya.”
Menurutnya, peluang konsumen Tahu Tek-Tok cukup besar. Hal itu dikarenakan banyak orang Jawa Timur yang merantau di Yogyakarta. ”Terus jumlah penjual tahu tek di Jogja juga sedikit.”
Kukuh mempelajari resep membuat tahu Tek-Tok dari seorang kawannya yang berasal dari Jawa Timur. “Punya temen sesama penghobi sepeda yang ngasih tau resep tahu tek.”
Kini Kukuh membuka usahanya dengan bergabung ke dalam warung bernama OTW (Oh Tenda Warung). Letaknya di Jalan Kaliurang Km. 4. Ia mengonsep warung tersebut untuk anak muda,”Karena beberapa penjual tahu tek di jogja pakai grobak dorong. Saya ingin menciptakan warung yang lebih nyaman dan pas buat anak muda,” ujarnya.
Setiap porsi tahu Tek-Tok dibandrol dengan harga Rp. 12.000. Pembeli juga bisa memilih beberapa ragam tahu Tek-Tok yang diinovasi. Ada tahu Tek Lor, Tek Tong, dan Tek Jum. Tek Lor berarti tambahan jumlah telur, Tek Tong berarti tambahan jumlah lontong, dan Tek Jum merupakan porsi jumbo.
Bercerita tentang modal usaha. Menurut Kukuh, usaha tahu Tek-Tok ini tergolong usaha dengan modal dibawah lima juta rupiah. “Untuk biaya produksi tiap hari relatif kecil. Cuma modal awal cukup besar.” Kukuh menghitung modal usahanya akan kembali setelah ia berjualan selama satu tahun.
Dalam hal pembukuan usaha, kukuh bekerja sama dengan rekannya yang pernah belajar ilmu managemen bernama Arif Budiman.
Kukuh yang saat ini semester 10 mengaku harus membagi waktu untuk kuliah dan berwirausaha. ”Kan usaha saya ini bukanya malam. Jadi kalau pagi bisa fokus kuliah.”
Bagi Kukuh, kuliah sambil berwirausaha itu merupakan kegiatan positif. “Ketimbang di kos malah nggak ada kerjaan dan mengarah ke hal yang negatif, mending mencari sesuatu yang lebih bermakna dengan berwirausaha,” pungkasnya. (Hartanto Ardi Saputra)
Editor : Ulfatul Fikriyah