Home - Menggurat “Seri” dalam Kebersamaan Holopis Kuntul Baris

Menggurat “Seri” dalam Kebersamaan Holopis Kuntul Baris

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com, “BERSERI-SERI” (e pada terong dan e pada teri) merupakan judul pameran seni grafis Jogja-Solo Seremis #2. Berseri (e pada terong) berarti cerah bercahaya dan berseri (e pada teri) berarti berlipat-lipat ganda. Berseri-seri ini merupakan judul besar dari tema pameran: Holopis Kuntul Baris

Tema Holopis Kuntul Baris merupakan penggambaran sifat gotong royong yang ditunjukan oleh burung kuntul ketika mereka terbang. Semangat kebersamaan inilah yang diambil sebagai dasar para pegrafis muda berkarya. Itulah yang dikabarkan Ricky Anggi Mahardika, ketua panitia di pameran yang berlangsung pada 2-11 Februari 2016 di Bentara Budaya Yogyakarta di Jl. Suroto 2 Kotabaru.

“Kalau formasi terbangnya burung kuntul itu bentuk V. Dia secara gantian membuat formasi terbang tetap utuh, jadi terbangnya gantian. Depannya, belakangnya gantian itu kayak melambangkan sebuah kerja bersama, kerja bekelompok,” kata Ricky, Kamis (4/1).

Ada 30-an karya yang dipertunjukkan yang dituangkan dalam beragam media lukis, baik konvensional dan non-konvensional. Perupanya berasal dari ISI Yogyakarta, ISI Solo, dan Universitas Negeri Surkarta yang mengambil jurusan grafis angkatan 2013. Perupa ini tergabung dalam Komunitas Seremis (Senin Rebo Kemis) Jogja dan Baper (Barisan Perupa) Solo.

Di antara karya tersebut ada yang berjudul Kritis, Sadarkan Diri, Saat Gotong Royong Hanya Wacana, Kesederhanaan, Sawang Sinawang, AKA, The Difference of Perspective, The Lovers, Mockup, Shock, Euphoria I-III, Speed and Acceleration, Save Turtle, Tribute to Lemmy, 1 Like = 1 Pray, dan lain-lainnya.

If Love is Rellegion

If Love Is Religion

Ricky sendiri dalam karyanya yang berjudul If Love is Religion yang mencoba mengatakan dalam sebuah agama kebanyakan manusia justru mengejar-ejar surga. Dibenturkan dengan konsep cinta, bagi Ricky cinta itu kompleks. Kalau manusia melihat dengan cinta, manusia bisa merangkul semua, manusia bisa menyatukan semuanya.

“Esensi Tuhan itu malah dikesampingkan oleh manusia-manusia sekarang. Jika cinta itu benar-benar agama justru kita tak akan memperdebatkan apa itu tentang agama, apa itu itu tentang Tuhan,” kata mahasiswa ISI Yogyakarta ini.

Ricky mengaku karyanya tersebut terinspirasi dari petikan lagu Radiohead yang dinyanyikan oleh Thom Yorke. Di mana dalam petikan itu menceritakan manusia merajai manusia itu sendiri. “Jadi bagaimana Thom Yorke itu memberikan kejutan-kejutan. Trus dari karya itu aku bisa nyampeikan, menggali kegelisahan dalam keinginan diri sendiri,” ujarnya.

Berbeda dengan Ricky, Sarah Arifin dengan karyanya yang berjudul One Day On Super Far Star mengaku ide karyanya terinspirasi dari seorang illustrator yang menciptakan karakter Wally. Di mana dalam karya tersebut Sarah membayangkan kehidupan yang ada di ruang angkasa. Di sana ada kendaraan, sekolah, tempat belanja, sampai pegadaian. “Itu kayak kira-kira aja kalau kehidupan di luar angkasa itu kayak gimana,” ujar Sarah.

One Day On Super Far Star

One Day On Super Far Star

Salah satu pengunjung pameran Sohibul Hidayat mengatakan mendapat inspirasi saat melihat pameran ini. “Saya mendapat wawasan baru, dipahami per foto dan per karya. Mendapat spirit karya-karya. Idenya seperti ini,” tuturnya.

Lebih lanjut, pameran ini mencoba mengajak agar kritis dalam masyarakat. Membentuk kerja sama yang kokoh yang utuh. Membentuk masyarakat untuk saling bergotong royong, jangan sampai lelah, jangan sampai bosan. “Lebih kritis lagi. Kita gunakan perasaan apa yang kita miliki, atau memancing audience untuk ikut merasakan kegelisahan sendiri terhadap manusia-manusia lainnya,” kata Ricky.

Reporter dan Editor: Isma Swastiningrum