Kekayaan istana negara terlihat dari desain interior dan koleksi benda seni dengan kualitas “ultimate soul”. (Mikke Susanto)
Lpmarena.com, Istana negara selain sebagai lembaga negara dan tempat tinggal Presiden, istana negara juga menjadi museum pengelola aset kekayaan negara berupa benda seni. Hal ini disampaikan Mikke Susanto sebagai narasumber tunggal dalam diskusi “ART MANAJEMENT: Pengelolaan Karya Seni Koleksi Istana Negara Republik Indonesia”. Acara ini masuk dalam rangkaian acara ULTRASONOGRAFI 14MHz yang diadakan mahasiswa jurusan Tata Kelola Seni, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Rabu (7/11), di Luxor Garden, Pyramid Resto.
Narasumber membuka diskusi dengan menyebutkan istana negara yang ada di Indonesia, meliputi: Istana Negara Jakarta, Istana Merdeka Jakarta, Istana Presiden Bogor, Istana Presiden Yogyakarta, Istana Presiden Cipanas, Istana Presiden Tapaksiring, dan Istana Presiden Pesanggraha Tenjoresmi Pelabuhan Ratu. Ketujuh istana negara tersebut masing-masing memiliki arsitek bangunan, interior, dan benda seni yang mewah. “Karpet istana negara didatangkan langsung dari Turki dan satu-satunya di Indonesia,” jelas Mikke yang juga Kurator Istana Negara.
Sebagai kurator istana, Mikke juga menjelaskan bahwa koleksi benda seni dari keseluruhan istana negara mencapai 16.000 benda seni dengan berbagai jenis dan kualitas. Benda seni tersebut berupa seni lukis, seni patung, seni kriya, dan batu alam. Yang kualitsnya di atas rata-rata “ultimate soul”.
Dari benda seni, istana negara mempunyai aset kekayaan yang mecapai angka 4 triliun. Angka tersebut bisa ditaksir dari data yang menujukkan aset kekayaan istana tahun 2012 berada pada kisaran 1,2 triliun, dan aset tersebut meningkat 100% pertahunnya. Tidak semua orang dapat mengkritisi dan mengungkap kekayaan istana, karena dia tidak seperti problema yang tampak dan terlihat.
Selain koleksi benda seni, kekayaan istana juga bisa dilihat dari desain interiornya yang terus-menerus berubah, sesuai selera Presiden zaman itu. “Karena setiap presiden memiliki selera berbeda-beda maka karpet mahal itu harus disesuaikan dengan seleranya, alias diganti dengan yang baru,” celoteh Mikke Susanto, yang juga sebagai Dosen Tata Kelola Seni, ISI Yogyakarta.
Benda seni dan karpet istana tersebut hanya menjdi kenikmatan sebagian kalangan, karena adanya syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi untuk bisa masuk dalam istana negara. Serupa dari keterangan Mikke Susanto, “Publik umum bisa masuk Istana tapi dengan persyaratan tertentu,” tutupnya.
Magang: Hedi
Redaktur: Isma Swastiningrum